Memberikan
yang terbaik untuk buah hati tentu adalah impian setiap orang tua bahkan sejak sebelum
anak-anak mereka terlahir di dunia.
ASI
merupakan salah satunya. Bagi bayi yang baru saja dilahirkan, ASI begitu
penting untuknya dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
Dalam
setiap tetesnya, ASI membawa bukti kasih seorang ibu kepada anak-anak mereka.
ASI juga merupakan bentuk cinta dan anugerah dari Tuhan untuk setiap hambanya
yang baru saja menyapa dunia.
ASI
adalah bahan makanan yang paling fitrah, paling baik, dan paling mudah diterima
oleh bayi. Itu karena protein yang terdapat pada ASI adalah kelompok protein
yang sangat halus, lembut, dan mudah dicerna oleh usus bayi. ASI juga
mengandung mineral yang lengkap, yang meskipun kadarnya relatif rendah, namun
cukup untuk bayi sampai berusia 6 bulan.
Sayangnya,
tidak semua ibu di dunia ini yang bisa mendapatkan kesempatan yang begitu indah
mengalirkan ASI ke tubuh bayi-bayi mungil mereka. Ada begitu banyak faktor
penyebabnya. Saya tidak begitu paham faktor apa saja yang membuat hal itu
terjadi. Di sini saya hanya ingin menceritakan faktor yang saya alami, kenapa
saya tidak berkesempatan menyusui.
Kurangnya
dukungan, ilmu, dan informasi. Adalah penyebab utama yang saya rasakan sehingga
saya gagal ASI.
Ketika
itu saya belum akrab dengan internet seperti saat ini. Majalah-majalah yang
saya baca juga bukan yang tentang parenting dan tentu saja informasi tentang
ASI sangat jauh dari kehidupan saya.
Bu
Bidan yang menangani kehamilan saya juga hanya berkata: “Maem sayur yang banyak
ya, biar ASInya lancar...” Saya yang
sebenarnya sangat tidak menyukai sayur, saat itu hanya berucap dalam hati, ‘yah
kalaupun nanti ASI tidak lancar, kan sudah ada susu formula...’ Dengan anggapan seperti itulah, saya
menjalani kehamilan anak pertama. Tanpa ada yang mengoreksi, tanpa ada yang
meluruskan, tanpa ada bacaan-bacaan dan informasi betapa pentingnya ASI untuk
bayi.
Saya
memang berusaha menyusui ketika anak saya lahir. Saya berusaha memompa ASI
walaupun hanya mendapatkan beberapa tetes saja. Saya memakan banyak sayur dan
buah dengan harapan ASI bisa keluar... yang ternyata itu sudah terlambat.
Karena menurut dokter anak saya, seorang ibu yang menginginkan ASInya lancar
itu bukannya memakan banyak sayur dan buah setelah bayi dilahirkan, melainkan
memulai makan sayur dan buah sejak awal kehamilan, bahkan lebih baik lagi
sebelum kehamilan.
Oh,
ok. Done. Kebetulan saya memang tidak menyukai sayuran. Jadi sejak dokter anak
saya mengatakan hal itu, saya berhenti makan sayur. Dan saya mantap memberikan
susu formula untuk anak saya.
Bagaimana
dengan keluarga saya? Suami...? dan orang tua?
Ya,
saya mendapat dukungan penuh dari mereka. Dalam arti, kalau saya ingin terus
berjuang untuk bisa menyusui, tentu mereka akan mendukung sepenuhnya. Tapi jika
saya memutuskan untuk berhenti berjuang dan menyerah pada susu formula, mereka
juga akan mendukungnya. Demi kenyamanan saya, mereka menyerahkan pilihan kepada
saya.
Apakah
saya menyalahkan mereka? Tentu tidak. Jika saya pun miskin informasi, kenapa harus
menyalahkan mereka yang juga minim informasi?
Dan
saya rasa, saya tidak sendirian di sini. Saya rasa, masih banyak lagi ibu-ibu
di luar sana yang belum paham betul betapa pentingnya ASI untuk bayi. Mereka
butuh informasi.
Itulah
kenapa kita sangat perlu untuk terus mempromosikan ASI, mengedukasi sekaligus
mendukung, mendorong, dan menyemangati para ibu supaya mereka mau berjuang
sekuat tenaga untuk memberikan ASI.
Salah
satunya adalah dengan ikut menyemarakkan Pekan ASI Dunia yang diperingati
setiap tanggal 1-7 Agustus.
Pekan
ASI Sedunia diadakan dengan maksud untuk mensosialisasikan kepada masyarakat di
seluruh dunia bahwa sangat penting memberikan ASI untuk bayi. Sampai saat ini,
ada sekitar 170 negara yang telah ikut menyelenggarakan Pekan ASI sedunia
dengan rangkaian acara yang beragam dengan koordinasi dari World Alliance For
Breastfeeding Action (WABA), dengan bantuan dari beberapa organisasi besar
seperti WHO dan UNICEF.
Sudah
sepatutnyalah kita berjuang bersama agar bayi-bayi di seluruh dunia mendapatkan
haknya. Agar tercipta generasi-generasi penerus yang tangguh dan siap
menggantikan tugas-tugas kita menjadi khalifah di dunia.
saya setuju mba bahwa dukungan, ilmu dan informasi sangat berperan pada ibu agar bisa memberikan ASI-nya tanpa kendala
BalasHapusSaya dulu menyusui. Untungnya didukung penuh oleh suami. Oleh orang tua malah nggak. Suka dipengaruhi sampe diomeli spy ngasih sufor ke bayi saya -_-
BalasHapusTapi ah, itu sudah berlalu. Jadi ujian yang alhamdulillah teratasi :)
memang kita perlu nulis yang seperti ini, ya Mbak supaya makin banyak ibu yang sadar untuk menyusui bayinya
Iya mbak salah satu agar orang2 sekitar bisa mengerti tentang manfaat ASI adalah dengan kita ikut berusaha mempromosikan ASI tapi mungkin memang dibeberapa pihak ada yang benar-benar kesusahan dalam menjalani proses ASI tersebut.
BalasHapussemoga dengan tulisan mba Rita semakin banyak perempuan yang menyiapkan diri untuk memberi ASI kepada anaknya ya mba... terimakasih telah berbagi tentang ASI dan segala ceritanya mba... :D
BalasHapusSemoga semakin banyak ibu yang maksimal berusaha memberikan ASI bagi anak-anaknya. Aamiin
BalasHapus