Sampai di perbatasan Jogja-Purworejo, jam sudah menunjukkan waktu makan malam. Perut juga sudah mulai keroncongan, Raki sudah merapal mantra: “makan di mana kita Ma?.. makan di mana nih kita?.. Ma, kita makan di mana?..” Itu saja yang diucapkannya berulang-ulang selama setengah jam terakhir.
Berhubung sudah sampai juga di Purworejo, jadi kami memutuskan untuk makan di alun-alun saja. Rencananya sih mau makan di lesehan Mbak Elva, tempat favorit kami kalau sedang makan di luar.
Tapi... olala... di lesehan Mbak Elva penuh sekali, kalau sedang penuh begitu biasanya akan lama sekali menunggu pesanan kami selesai dimasak. Mana perut sudah lapar, malas rasanya membayangkan harus mengantri pesanan.
Akhirnya kami beralih ke lesehan di sebelah Mbak Elva. Yah biar tahu juga lah ya... masa tahunya cuma di Mbak Elva saja hehe....
Warung lesehan yang kami masuki adalah Lesehan Pak Dhe. Menu yang disajikan tidak jauh berbeda dengan menu-menu di Mbak Elva. Saya memesan magelangan, sepiring berdua dengan Rafka. Raki memilih nasi goreng, sementara papanya memesan pecel ayam plus nasi.
Yang saya sesalkan adalah terjadinya miskomunikasi dengan mas yang memasak nasi goreng dan magelangan. Sudah jelas-jelas suami saya mengatakan nasi goreng dan magelangannya jangan pedas. Tapi mungkin yang terdengar oleh si Mas minta yang pedas, jadilah irisan kecil-kecil cabai rawit merah banyak terselip di sela-sela nasi goreng Raki dan magelangan milik saya dan Rafka. Untuk rasa, standar lah ya... kalau saya tetap lebih cocok rasa nasi goreng dan magelangan di Mbak Elva.
nasi goreng Rakimagelangan saya dan Rafka
Pecel ayamnya lumayan enak. Pertama lihat sambalnya, yang seketika terbersit adalah: idiihh.... sambelnya pelit amat..? Hihihi... iya, sambelnya sedikit sekali. Tapi begitu dicoba... wuaahh.. puedesnya luar biasa. Iya, sambalnya cabai rawit, sama seperti yang ada di sela-sela nasi goreng Raki Dan magelangan punya saya dan Rafka. Jadilah acara makan malam kami kali ini diwarnai oleh desis-desis kepedasan hehe...
pecel ayam
Selesai makan, tiba-tiba saya ingin minum wedang ronde susu. Warungnya tidak jauh dari Lesehan Pak Dhe. Jadi kami minta mas penjual ronde susu untuk mengantarkan pesanan kami ke Lesehan Pak Dhe.
Warung ronde susu ini memang sudah menjadi langganan kami sejak pertama kali pindah ke Purworejo. Rasanya pas dengan selera saya. Isiannya sih sepertinya sama ya, dengan wedang ronde kebanyakan. Ada kolang-kaling, agar-agar, kacang goreng, roti tawar yang diiris kecil-kecil, dan tentu saja bulatan-bulatan rondenya. Yang saya suka dari wedang ronde ini karena ada campuran susunya. Rasanya jadi beda saja dengan wedang ronde kebanyakan. Pokoknya saya suka... saya suka....
ronde susu favorit saya
Untuk harga, yang kami makan di Lesehan Pak Dhe saya tidak tahu rincian per itemnya. Pokoknya nasi goreng, magelangan, pecel ayam, plus empat gelas teh manis harganya 56 ribu rupiah. Ronde susunya lima ribu rupiah per porsi.
Selesai makan, Raki dan Rafka tidak mau langsung pulang. Katanya ingin berfoto dulu di depan tulisan ‘Purworejo’ hihihi..... memang malam itu ramai sekali suasana di alun-alun. Mungkin karena pas malam minggu ya, jadi banyak keluarga dan rombongan anak muda yang berjalan-jalan atau hanya sekedar jajan.
Saya sendiri sebenarnya jarang mengajak anak-anak keluar pada malam hari, kecuali jika memang ada keperluan. Jadi Raki dan Rafka benar-benar tampak antusias menikmati suasana malam ini.
Nasgor, magelangan dan pecelnya mohon minta perincian. Kalau saya
BalasHapusJajan kan tahu dikepruk pa gak. Hehe. Wedang rondenya kok murihhh pake susu lagi. Selamat menikmati #telat hhh
nah itu dia mbak.. kok ya saya tuh gak minta perincian hihi... cuma tanya berapa? trus bayar aja... kalo ronde susunya sih sudah hapal harganya wong sering beli hehe...
Hapusnasi gorengnya di sana pakai sayur, ya
BalasHapus