Sering
melihat artikel teman-teman yang dimuat di rubrik Nuansa Wanita majalah Ummi,
saya pun jadi ingin ikut mejeng di majalah tersebut.
Pertama
kali, langsung kirim 2 naskah sekaligus dan... gagal. Hehehe...
Tapi
majalah Ummi baik sekali karena mau repot-repot mengirim email pemberitahuan
yang mengabarkan bahwa naskah saya memang belum bisa dimuat. Kan biasanya kalau
memang gak dimuat ya udah gak ada pemberitahuan apa-apa gitu ya....
Tetap
semangat ah mengirim naskah ke rubrik ini. Pokoknya pantang pulang sebelum
padam, (eh...)
Ini
contoh naskah yang tidak bisa dimuat ya temans...
Biasanya
sih contoh naskah yang dishare itu adalah yang berhasil dimuat ya,
hahaha.... biarin deh, ini saya share
yang tidak berhasil dimuat, paling tidak kan bisa dipelajari, oh besok-besok
kalau mau kirim naskah jangan yang seperti ini ya, gitu lho... hihi... (ngeles
aja).
ANAKKU SUDAH REMAJA
“Mama,
jangan peluk-peluk ah. Kan malu...”
Belakangan
ini si kakak selalu berkata begitu ketika saya memeluk atau sekedar merangkulnya
di tempat umum. Begitu juga ketika akan berangkat ke sekolah, biasanya saya
bebas menciumnya di halaman sekalipun. Tapi sekarang Kakak hanya hanya mau
dicium ketika masih berada di dalam rumah saja. Begitu di teras atau halaman,
jangan harap saya bisa bebas mengeluarkan ekspresi perasaan sayang.
Sedih? Hehehe... tentu saja...
Tetapi
suami senantiasa mengingatkan bahwa si kakak bukannya sudah tidak ingin lagi
disayang. Tentu dia masih dan tetap ingin disayang, tetapi dengan cara yang
berbeda.
Jika
ketika masih kecil dulu si kakak akan merasa nyaman berada dalam pelukan saya,
maka sekarang keadaannya berbeda. Yang dibutuhkannya bukan lagi sekedar pelukan
atau ciuman. Tapi lebih dari itu. Kini dia butuh tempat untuk bercerita,
mengungkapkan segala apa yang dia dengar, lihat, dan rasa.
Ya,
si kakak kini sudah remaja. Tentu rasa kehilangan itu terkadang masih ada. Rasa
rindu ketika dia ngintilin saya
kemanapun saya melangkah, ketika dia minta dipeluk saat mau tidur, atau ketika
dia berceloteh dengan suara kanak-kanaknya dengan hati dan pikirannya yang
masih lugu.
Dan
ketika rasa-rasa itu sesekali kembali datang, saya segera mengingatkan diri
saya, bahwa justru si kakak kini jauh lebih membutuhkan saya daripada
sebelumnya. Karena kini dia sudah mulai melihat dan menghadapi dunia yang
sebenarnya. Dia butuh bimbingan, arahan, dan nasehat supaya tidak tersesat dan
salah mengambil arah langkah.
Ekspresi
perasaan sayang terhadap anak akan bergeser seiring pertambahan usianya. Karena
mereka memiliki kebutuhan yang berbeda. Semakin besar usia anak, maka semakin
berat pula tugas kita dalam mendampinginya.
Kebutuhan
anak remaja bukan lagi sekedar dipeluk, dicium, atau diperdengarkan kata-kata
sayang. Kini mereka juga membutuhkan tempat untuk membagi gundah dan
bahagianya. Membutuhkan tempat untuk mencurahkan berbagai ide dan pemikirannya.
Membutuhkan pendamping untuk melangkah menghadapi dunia yang sebenarnya.
Semoga
Allah senantiasa membimbing saya untuk selalu dapat menyayangi anak-anak saya
sesuai dengan porsinya.
NYAMUK
Ketika
musim penghujan mulai tiba, biasanya saya akan menyambutnya dengan sibuk
bersih-bersih seluruh rumah. Saya memang takut dan selalu waspada terhadap
ancaman penyakit demam berdarah yang seringkali mengintai terutama di musim
penghujan.
Lingkungan
RT tempat tinggal saya juga biasanya akan melakukan pengasapan untuk membunuh
nyamuk-nyamuk yang mengancam kesehatan ini. Dan untuk alasan yang sama pula
saya pun mulai menyiapkan beraneka macam obat nyamuk mulai dari yang bakar,
semprot, sampai elektrik. Tak lupa saya juga menyiapkan lotion anti nyamuk
untuk anak saya ketika pergi ke sekolah atau berkegiatan di luar rumah.
Hingga
suatu malam ketika saya hendak memasang obat nyamuk elektrik di kamar anak
saya, tiba-tiba dia berkata, “Mama, jangan nyalakan obat nyamuk. Kasihan nanti
nyamuknya mati...”
Tentu
saya heran mendengarnya berkata begitu. Dan kalimat yang dia lontarkan
selanjutnya sungguh di luar dugaan saya. “Bukankah nyamuk itu makhluk Allah
juga? Kasihan kalau dibunuh. Mereka hanya lapar, ingin mencari makan. Kalau
sedikit darah Dedek bisa membuat mereka kenyang, Dedek ikhlas kok Ma, ngasih sedikit darah Dedek untuk mereka
makan.”
Deg.
Kata-katanya membuat saya terpaku. Segera saya menyadari kalau apa yang selama
ini saya tanamkan tentang menyayangi sesama makhluk ciptaan Allah sungguh
membekas di dalam hati dan ingatannya, jauh lebih dalam dari yang saya kira.
Mama
bangga padamu, nak....
Walaupun
nanti saya masih harus memberikan banyak penjelasan tentang bahaya nyamuk demam
berdarah yang dapat merugikan kesehatan, dan bahwa nyamuk-nyamuk ini bukan
sekedar mencari makan, tetapi juga dapat menularkan penyakit berbahaya ketika
mengambil darah kita...
Tapi
saya sungguh merasa bangga, ketika anak saya mulai bisa menunjukkan sikap untuk
menyayangi sesama.
semangat mbak,bikin lagi...
BalasHapusaku belum pernah kirim ke Ummi mbak. mau coba juga ah.
BalasHapusTulisannya bagus, Mba.
BalasHapusHhhmm, mulai belajar juga nih.
Hehehe anaknya empatinya tinggi ya.
Semangat nulissss
BalasHapus