Sedikit
terkejut dan bertanya-tanya ketika kedua buah hati saya pulang bersama ayahnya
sambil membawa sebuah sangkar dengan 2 ekor burung mungil di dalamnya.
Memori
saya segera terbang ke 12 tahun silam, di awal-awal pernikahan. Saya mengatakan
pada suami bahwa saya tidak mau dan tidak ingin ada burung di rumah kami. Itu
karena sejak kecil, bapak saya memelihara beberapa ekor burung di rumah dan
saya selalu sebal karena lantai selalu kotor dengan ceceran makanan maupun
bulu-bulunya. Jadi, setelah menikah dan tinggal terpisah dengan orang tua, saya
segera menerapkan peraturan tidak boleh ada burung di rumah.
Nah,
bisa dibayangkan bagaimana perasaan saya ketika melihat mereka bertiga pulang
dengan membawa 2 ekor burung? Kesal rasanya karena mengira suami sudah tidak
peduli lagi dengan komitmen dalam rumah tangga kami.
Namun
niatan untuk mengomel panjang lebar segera luruh ketika suami menjelaskan bahwa
anak-anak lah yang merengek minta dibelikan burung. Apalagi melihat si dedek
yang begitu kegirangan mengajak bermain burung-burung itu. Oh baiklah, saya
terpaksa menerima kehadiran kedua pendatang baru itu kalau tidak ingin terkucil
di tengah keluarga sendiri. Sengaja saya pasang muka semanyun mungkin agar
suami tahu kalau saya belum sepenuhnya ikhlas menerima keputusan sepihak ini.
“Mama,
burungnya mau disayang…! Burungnya mau disayang…!” Si dedek terus menarik-narik saya untuk
mendekat ke sangkar. Hmm… burungnya bagus juga. Mungil dan berwarna-warni.
“Ini
namanya burung lovebird, Ma” Si kakak ikut antusias menjelaskan. Ooh… jadi ini
to yang namanya burung lovebird. Bagus juga, hehehe…..
Warnanya
itu lho, bikin hati ceria dan berbunga-bunga. Suami membeli sepasang. Yang
jantan berwarna campuran hijau tua, hijau muda, kuning dan oranye. Dan sedikit
kehitaman di puncak kepalanya. Paruhnya berwarna merah menyala. Kalau yang
betina hampir seluruh bulunya berwarna biru, dengan sedikit kehitaman di puncak
kepala dan paruh berwarna pink.
“Ma,
namanya siapa? Dikasih nama siapa?” Tanya si dedek. Eh? Kok pakai acara dikasih
nama segala? Ya sudahlah, demi anak-anak, saya dengan suka rela ikut memikirkan
nama untuk mereka. Saya, kakak dan dedek sibuk berdiskusi memikirkan nama yang
tepat. Suami tidak ikut dalam rapat pemilihan nama ini. Beliau segera masuk ke
dalam rumah dan hati saya segera diliputi kecurigaan. Jangan-jangan beliau
sedang tertawa dalam hati sambil berkata: “Nah lho, siapa sekarang yang paling
bersemangat?”
Segera
saya tepis jauh-jauh rasa curiga itu dan kembali sibuk memikirkan nama untuk
kedua lovebird ini. Dan setelah melalui perdebatan yang sukup panjang, akhirnya
diputuskan nama GARAM untuk si jantan, dan MERICA untuk si betina (terinspirasi dari salah satu novel Fear street sebenarnya, hihi)
Setelah
proses pemberian nama selesai, saya kok jadi ingin berlama-lama berada di dekat
mereka ya? Apalagi si Merica sepertinya begitu menyukai saya. Eh? Apa iya
begitu?
Bener
lho. Setiap kali mendengar suara saya, si Merica jadi heboh sendiri berusaha
mendekati saya, paruhnya dikeluarkan mungkin minta disentuh (sampai sekarang
saya belum berani menyentuh mereka). Saya pun jadi lebih sering menggoda dan
memanggil-manggil si Merica. (Saya tidak terlalu berminat pada si Garam karena
dia stay cool meskipun digoda-goda).
Adanya
Garam dan Merica di rumah membuat saya penasaran tentang burung jenis ini. Saya
pun mencoba mencari-cari di google dan bertemu dengan informasi ini:
Burung
yang berasal dari Afrika ini dijadikan simbol cinta dan melambangkan kerukunan
dalam berpasangan. Jika dua ekor lovebird (jantan dan betina) disatukan dalam
satu kandang, mereka akan menjadi sepasang kekasih yang tidak mau dipisahkan.
Dan jika salah satu di antara mereka mati, maka yang lain akan stress dan
akhirnya akan mati juga.
Lovebird
adalah spesies terkecil dari burung beo yang hidup berkelompok di habitat
aslinya. Mereka biasanya terdiri dari 5 sampai 20 ekor dan hidup sebagai
keluarga besar dalam setiap aktivitasnya. Hanya pada musim kawin saja mereka
hidup terpisah dan berpasang-pasangan.
Sarang
lovebird di habitatnya adalah di lubang pohon, dan sarang yang ditinggalkan
oleh burung kenari atau burung pipit. Kelompok lovebird lebih menyukai dataran
rumput yang tinggi/perbukitan dan dekat dengan sumber air. Mereka hidup secara
nomaden. Jika daerah yang mereka tinggali dilanda kekeringan, maka mereka akan
pindah mencari tempat lain yang lebih menjanjikan.
Lovebird
makan berbagai jenis makanan tetapi lebih menyukai jagung, padi, dan wijen.
Lovebird adalah burung yang lincah, suka dimanja, cepat jinak, dan menggemaskan
(pantas si Merica sepertinya kolokan sekali sama saya hehehe….).
Memelihara
lovebird harus telaten menjemurnya setiap pagi, karena cahaya matahari sangat
penting untuk mereka. Jadi, burung ini mempunyai kelenjar uropygial yang
terletak di pangkal ekornya, dan kelenjar ini akan mengeluarkan semacam minyak
yang kemudian menyebar ke seluruh bulu-bulunya ketika terkena cahaya matahari,
dan minyak ini akan berubah menjadi vitamin D yang tentu saja akan membuat
lovebird tetap sehat.
Lovebird
ternyata memiliki jenis-jenis yang banyak, nanti kapan-kapan saya uraikan satu
persatu ya, sekarang saya mau menggoda-goda si Merica dulu.
Referensi:
Tetangga daku jg ada yg punya mak, cakep memang, warna warnanya menggoda...titip slm sm garam n merica ya mak :)
BalasHapusok nanti aku salamin mak :) padahal dulu paling anti sama burung. tapi gara2 warna-warninya sekarang jadi pengen liatin terus hehe..... makasih ya sdh mampir
BalasHapusKalau ada foto lovebirdnya mungkin tambah bagus, mbak :D
BalasHapusiya ya, setelah terposting baru sadar kalau tdk ada fotonya hehe.... makasih sdh mampir mbak :)
BalasHapuslove birds memang cantik cantik ya mak warnanya...pengen liat fotonya juga niiih ehehe
BalasHapusiya mak nanti kapan2 tak fotoin lovebirdnya. kemarin sudah takfoto tapi berhubung burungnya mungil sementara sangkarnya besar jadi yg tampak sangkarnya aja hehe.....
BalasHapusWaah kirain apa sang penghuni baru itu... sdh ngebayangin yg serem2....hihi... salam kenal ya Mak ^_^
BalasHapuswkwkwk... judul yang menipu ya mak? salam kenal juga. makasih sudah mampir :)
BalasHapushihihi namanya garam dan merica. Dulu, di rumah pernah melihara burung. Lebih ribet kayaknya. Mending pelihara ikan :D
BalasHapusbagus artikelnya bun...
BalasHapussenam hamil