Translate

Selasa, 17 Maret 2015

Amplop Lebaran


Lebaran, menjadi salah satu moment yang paling saya tunggu-tunggu semasa kecil dulu. Saat itulah saya dibelikan baju baru, berkumpul dengan para sepupu, dan mendapatkan banyak uang saku.

Tradisi di desa nenek saya setelah menjalankan sholat Ied adalah berkeliling desa mendatangi rumah demi rumah untuk bersilaturahmi dan saling bermaafan. Semua rumah di seluruh penjuru desa mengadakan open house di hari itu. Biasanya anak-anak kecil termasuk saya sudah menyiapkan sebuah dompet khusus untuk menampung uang recehan yang sudah disiapkan oleh pemilik rumah dan akan dibagikan kepada setiap anak kecil yang datang.


Semakin banyak rumah yang kami datangi maka semakin berat dan menggembunglah dompet kami.


Keluarga nenek saya adalah sebuah keluarga besar. Nenek mempunyai 9 orang anak dan hampir semuanya sudah berkeluarga dan memiliki anak. Bisa dibayangkan kan keseruan saya bersama para sepupu ketika sedang berkumpul?

Di moment lebaran seperti itu, biasanya kami akan bersama-sama berkeliling dari rumah ke rumah. Pulang pada saat jam makan siang, lalu sesampai di rumah akan menumpahkan isi dompet masing-masing dan bersama-sama menghitung berapa jumlah uang yang kami dapat.

Selain mendapatkan uang receh dari orang-orang di desa, kami juga mendapatkan uang saku yang ‘lumayan’ dari nenek, om, tante, pakde, bude, atau kakak sepupu yang sudah bekerja. Sudah tahu kan? Kenapa lebaran menjadi salah satu moment terpenting dalam hidup saya? hehehe…..

Seiring berjalannya waktu, dan hampir tanpa disadari, tiba-tiba saja posisi saya sudah bergeser dari ‘yang menerima uang lebaran’ menjadi ‘yang memberi uang lebaran’. Aih… tiba-tiba saja saya sudah menjadi orang tua di mata mereka yang baru terlahir dalam beberapa tahun terakhir (ya iyalah….).

Dan seiring berjalannya waktu pula, sekarang saya sudah jarang melihat kartu-kartu lebaran yang cantik dan unik terpampang di toko maupun swalayan seperti yang dulu sering saya lihat. Ada sesuatu yang menggantikannya. Yaitu amplop-amplop lucu berwarna-warni bergambar ketupat, beduk, atau masjid dengan tulisan “Selamat Hari Raya Idul Fitri” atau “Met Lebaran Ya”

Lho, kok amplop? Iya, karena dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, uang lebaran sudah tidak diberikan begitu saja seperti jaman saya kecil dulu, melainkan dikemas dalam amplop-amplop lucu tersebut. Selain anak-anak senang mendapatkan uang lebaran, mereka juga semakin ceria mendapati uang mereka terbungkus cantik di dalam amplop lucu berwarna-warni.

Tahun lalu, kakak ipar saya memberikan uang lebaran untuk kedua anak saya dalam amplop unik yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Unik, karena amplopnya terbuat dari kain, bukan kertas seperti biasanya. Alhasil, sampai berbulan-bulan setelahnya, amplop tersebut masih awet dan dipakai oleh anak-anak untuk menyimpan uang jajan mereka.

Terus terang, saya penasaran dengan amplop kain itu. Setelah mengamati dan mencermati, saya segera meluncur ke toko kain, mencari-cari, dan bertemulah dengan kain seperti yang dipakai oleh kakak ipar untuk membuat amplop lebaran, yang ternyata bernama kain Flanel.

Dalam dunia per’kain’an saya memang awam sekali. Dan setelah search sana search sini, saya mendapatkan info bahwa kain yang masih asing bagi saya ini justru adalah jenis kain tertua dalam sejarah peradaban manusia. Jauh lebih tua dibandingkan dengan kain tenun atau kain rajut. Flannel terbuat dari serat wol yang dianyam dan ditekan hingga membentuk kain. Tanpa ditenun. Selain itu produksi kain ini juga melalui tahap pemanasan dan penguapan.

Sudah banyak ternyata yang menggunakan kain flannel ini untuk berbagai kebutuhan dan kerajinan (ke mana saja saya selama ini ya?)

Dan saya seperti gelap mata melihat kain dengan warna-warni centil nan menggoda. Setelah pilih-pilih warna, segera saya bawa pulang kain-kain tersebut, lalu sreett…sret.. sreett… taraaaaa….. jadilah amplop lebaran kain ala saya, boleh nih untuk persiapan lebaran yang tinggal beberapa bulan lagi hehehe……

Pas lihat, ada beberapa tetangga yang pesan minta dibuatkan. Memang harganya lebih mahal dari pada amplop kertas biasa, karena kain kan memang lebih mahal, belum lagi benang dan lem tembaknya…. Tapi menurut mereka ada kepuasan tersendiri ketika memberikan uang lebaran dengan amplop unik kepada para keponakan. Yah mungkin kepuasan seperti yang dirasakan oleh kakak ipar saya ketika memberikan amplop seperti itu kepada anak-anak saya tahun lalu, dan yang akan saya rasakan di lebaran mendatang.

14 komentar:

  1. Balasan
    1. hihi... mudah2an para keponakanku suka nanti ya mak :) makasih sudah mampir :)

      Hapus
  2. amplopnya bagus banget.. pasti anak-anak cewe pada rebutan nih.. hihi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku buat ada yg versi cowok juga lho mak hehe... makasih ya sudah mampir

      Hapus
  3. Aku jugaaa dapet amplop lebaran tapi kalo sekarang berkebalikan aku yang harsu kasih amplop, etapi ada penggantinya ding anak2 kan suka dapet, uangnya disimpen maknya hihihi. Amplop lebarannya bagus, bisa disimpen buat koleksi yak

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa.. jaman sdh berganti ya mak hehe... giliran kita yg sekarang ngasih amplop ke para keponakan. iya sih uang anak2 emaknya yg nyimpen tp tetep biasanya utk keperluan mereka2 juga :) makasih yaaa sudah mampir

      Hapus
  4. Flanel paling cocok di buat kerajinan ya mak coz variasi warnanya banyak. Lucu juga ya kalo amplop lebaran dari flanel. Ceria, lucu, pasti terkenang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo mak, coba bikin. gampang kok. flannel juga ada yg motif juga lho. makasih ya sdh mampir :)

      Hapus
  5. Wah tuh bisa menjadi senjata bagi anak-anak yang keliling lingkungan sekitar saat berlebaran

    BalasHapus
  6. betul pak, membuat lebaran para krucil itu menjadi lebih ceria dan penuh warna, terima kasih sudah mampir :)

    BalasHapus
  7. iya, amplop sekarang lucu-lucu. Kalau tradisi memberi amplop saat lebaran ini hanya terjadi di keluarga saya. Kalau di keluarga suami, gak ada tradisi kayak gini :)

    BalasHapus
  8. jadi ingat anakku wedok waktu kelas 5 SD membuat dompet/wadah hape dari kain flanel. bagus juga hehe, terus jiwa matrenya keluar, dijual deh biar dapat untung

    BalasHapus