Lebaran,
menjadi salah satu moment yang paling saya tunggu-tunggu semasa kecil dulu.
Saat itulah saya dibelikan baju baru, berkumpul dengan para sepupu, dan
mendapatkan banyak uang saku.
Tradisi
di desa nenek saya setelah menjalankan sholat Ied adalah berkeliling desa
mendatangi rumah demi rumah untuk bersilaturahmi dan saling bermaafan. Semua
rumah di seluruh penjuru desa mengadakan open
house di hari itu. Biasanya anak-anak kecil termasuk saya sudah menyiapkan
sebuah dompet khusus untuk menampung uang recehan yang sudah disiapkan oleh
pemilik rumah dan akan dibagikan kepada setiap anak kecil yang datang.
Semakin
banyak rumah yang kami datangi maka semakin berat dan menggembunglah dompet
kami.
Keluarga
nenek saya adalah sebuah keluarga besar. Nenek mempunyai 9 orang anak dan
hampir semuanya sudah berkeluarga dan memiliki anak. Bisa dibayangkan kan keseruan
saya bersama para sepupu ketika sedang berkumpul?
Di
moment lebaran seperti itu, biasanya kami akan bersama-sama berkeliling dari rumah ke rumah. Pulang pada saat jam makan siang, lalu sesampai di rumah akan menumpahkan isi dompet masing-masing dan bersama-sama menghitung berapa jumlah uang yang kami dapat.
Selain
mendapatkan uang receh dari orang-orang di desa, kami juga mendapatkan uang
saku yang ‘lumayan’ dari nenek, om, tante, pakde, bude, atau kakak sepupu yang
sudah bekerja. Sudah tahu kan? Kenapa lebaran menjadi salah satu moment
terpenting dalam hidup saya? hehehe…..
Seiring
berjalannya waktu, dan hampir tanpa disadari, tiba-tiba saja posisi saya sudah
bergeser dari ‘yang menerima uang lebaran’ menjadi ‘yang memberi uang lebaran’.
Aih… tiba-tiba saja saya sudah menjadi orang tua di mata mereka yang baru
terlahir dalam beberapa tahun terakhir (ya iyalah….).
Dan
seiring berjalannya waktu pula, sekarang saya sudah jarang melihat kartu-kartu
lebaran yang cantik dan unik terpampang di toko maupun swalayan seperti yang
dulu sering saya lihat. Ada sesuatu yang menggantikannya. Yaitu amplop-amplop
lucu berwarna-warni bergambar ketupat, beduk, atau masjid dengan tulisan
“Selamat Hari Raya Idul Fitri” atau “Met Lebaran Ya”
Lho,
kok amplop? Iya, karena dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, uang
lebaran sudah tidak diberikan begitu saja seperti jaman saya kecil dulu,
melainkan dikemas dalam amplop-amplop lucu tersebut. Selain anak-anak senang
mendapatkan uang lebaran, mereka juga semakin ceria mendapati uang mereka
terbungkus cantik di dalam amplop lucu berwarna-warni.
Tahun
lalu, kakak ipar saya memberikan uang lebaran untuk kedua anak saya dalam
amplop unik yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Unik, karena amplopnya
terbuat dari kain, bukan kertas seperti biasanya. Alhasil, sampai
berbulan-bulan setelahnya, amplop tersebut masih awet dan dipakai oleh
anak-anak untuk menyimpan uang jajan mereka.
Terus
terang, saya penasaran dengan amplop kain itu. Setelah mengamati dan
mencermati, saya segera meluncur ke toko kain, mencari-cari, dan bertemulah
dengan kain seperti yang dipakai oleh kakak ipar untuk membuat amplop lebaran,
yang ternyata bernama kain Flanel.
Dalam
dunia per’kain’an saya memang awam sekali. Dan setelah search sana search sini,
saya mendapatkan info bahwa kain yang masih asing bagi saya ini justru adalah
jenis kain tertua dalam sejarah peradaban manusia. Jauh lebih tua dibandingkan
dengan kain tenun atau kain rajut. Flannel terbuat dari serat wol yang dianyam
dan ditekan hingga membentuk kain. Tanpa ditenun. Selain itu produksi kain ini
juga melalui tahap pemanasan dan penguapan.
Sudah
banyak ternyata yang menggunakan kain flannel ini untuk berbagai kebutuhan dan
kerajinan (ke mana saja saya selama ini ya?)
Dan
saya seperti gelap mata melihat kain dengan warna-warni centil nan menggoda. Setelah
pilih-pilih warna, segera saya bawa pulang kain-kain tersebut, lalu
sreett…sret.. sreett… taraaaaa….. jadilah amplop lebaran kain ala saya, boleh
nih untuk persiapan lebaran yang tinggal beberapa bulan lagi hehehe……
Pas
lihat, ada beberapa tetangga yang pesan minta dibuatkan. Memang harganya lebih
mahal dari pada amplop kertas biasa, karena kain kan memang lebih mahal, belum
lagi benang dan lem tembaknya…. Tapi menurut mereka ada kepuasan tersendiri
ketika memberikan uang lebaran dengan amplop unik kepada para keponakan. Yah
mungkin kepuasan seperti yang dirasakan oleh kakak ipar saya ketika memberikan
amplop seperti itu kepada anak-anak saya tahun lalu, dan yang akan saya rasakan
di lebaran mendatang.
lucu bangeeet mak amplonyaaaa..
BalasHapushihi... mudah2an para keponakanku suka nanti ya mak :) makasih sudah mampir :)
Hapusamplopnya bagus banget.. pasti anak-anak cewe pada rebutan nih.. hihi :D
BalasHapusaku buat ada yg versi cowok juga lho mak hehe... makasih ya sudah mampir
HapusAku jugaaa dapet amplop lebaran tapi kalo sekarang berkebalikan aku yang harsu kasih amplop, etapi ada penggantinya ding anak2 kan suka dapet, uangnya disimpen maknya hihihi. Amplop lebarannya bagus, bisa disimpen buat koleksi yak
BalasHapusiyaa.. jaman sdh berganti ya mak hehe... giliran kita yg sekarang ngasih amplop ke para keponakan. iya sih uang anak2 emaknya yg nyimpen tp tetep biasanya utk keperluan mereka2 juga :) makasih yaaa sudah mampir
HapusFlanel paling cocok di buat kerajinan ya mak coz variasi warnanya banyak. Lucu juga ya kalo amplop lebaran dari flanel. Ceria, lucu, pasti terkenang.
BalasHapusayo mak, coba bikin. gampang kok. flannel juga ada yg motif juga lho. makasih ya sdh mampir :)
HapusWah tuh bisa menjadi senjata bagi anak-anak yang keliling lingkungan sekitar saat berlebaran
BalasHapusbetul pak, membuat lebaran para krucil itu menjadi lebih ceria dan penuh warna, terima kasih sudah mampir :)
BalasHapusBagus sekali amplop itu, obatperutpanas.infobenar.com
BalasHapusiya, amplop sekarang lucu-lucu. Kalau tradisi memberi amplop saat lebaran ini hanya terjadi di keluarga saya. Kalau di keluarga suami, gak ada tradisi kayak gini :)
BalasHapusjadi ingat anakku wedok waktu kelas 5 SD membuat dompet/wadah hape dari kain flanel. bagus juga hehe, terus jiwa matrenya keluar, dijual deh biar dapat untung
BalasHapusbagus infonya..
BalasHapusbahaya merokok