Antara Saya dan Lemper

Tiba-tiba saja saya ingin makan lemper. Saya kangen, sudah berabad-abad rasanya sejak terakhir kali saya makan lemper (jangan percaya ya, ini hanya hiperbola saja).

Kalau ada yang belum tahu lemper (yang sepertinya sangat tidak mungkin ya…), lemper adalah makanan yang terbuat dari beras ketan yang dikukus dengan campuran santan, daun salam, daun jeruk, dan garam. Setelah matang lalu dibungkus memakai daun pisang dengan isian daging, abon, atau serundeng. Setelah itu lemper bisa langsung disantap. Atau kalau mau bisa dipanggang atau dibakar terlebih dahulu. Rasanya? Hmm… gurih-gurih nikmat gimanaaa gitu berpadu dengan rasa isiannya yang beraneka ragam.

Saya menggemari makanan yang satu ini sejak masih kecil. Mungkin karena ibu dan nenek saya lumayan sering membuat lemper sehingga saya seperti terikat dan sulit jauh darinya hehehe…

Ada satu kenangan manis yang tidak akan pernah saya lupakan terkait si lemper ini.

Jadi, dalam sepanjang ingatan saya, keluarga saya memang tidak terlalu mengistimewakan hari ulang tahun. Sepanjang hidup saya, hanya dua kali saja orang tua saya membuat perayaan ulang tahun untuk saya.

Yang pertama, saat ulang tahun saya yang pertama. Saya tidak merasa dan tidak ingat, tetapi ada bukti otentik berupa foto-foto yang membuktikan bahwa ulang tahun saya dirayakan ketika itu.

Yang kedua, saat saya duduk di bangku TK (mungkin ulang tahun yang ke 5 atau ke 6). Ketika itu kebanyakan teman-teman saya merayakan ulang tahun mereka di sekolah. Jadi saya merengek-rengek kepada ibu saya untuk merayakan ulang tahun di sekolah juga.  Lumayan menyenangkan sih, kedua orang tua saya tidak datang karena harus bekerja, tapi saya mendapat banyak hadiah dari para guru.

Dan setelah itu, saya tidak pernah lagi yang namanya merayakan ulang tahun. Bukannya orang tua saya tidak peduli, karena ucapan selamat dan peluk cium tetap saya dapatkan di setiap pertambahan usia saya. Karena itulah, saya tidak menganggap istimewa hari ulang tahun, karena semuanya berjalan biasa-biasa saja.

Sampai ketika itu adalah tanggal ulang tahun saya yang ke 10. Ibu saya sibuk membuat lemper. Saya sih biasa-biasa saja, wong hampir setiap minggu ibu saya juga membuat lemper kok. Dan ya memang biasa-biasa saja, ibu saya membuat lemper karena memang biasa membuatnya.  Bukan karena saya ulang tahun atau apa.

Nah, yang membuat saya lalu merasa bahwa hari itu istimewa adalah: tiba-tiba bapak saya membawa sebuah nampan dan meletakkannya di meja. Ketika saya melihat ke atas nampan… oh, wow… ada angka 10 di sana. Angka satunya terbuat dari 2 buah lemper, sedangkan angka nolnya terbuat dari 6 buah lemper (monggo dibayang-bayangkan sendiri). Di antara kedua angka itu ada sebuah lilin. Lilin biasa, yang berwarna putih dan biasa digunakan ketika mati lampu.

Sederhana banget ya? Tapi cukup untuk sekedar membuat saya berjingkrak-jingkrak kegirangan.

Dan itu semua tidak ter-rencana. Terjadi begitu saja. Ketika kebetulan ibu saya membuat lemper, kebetulan pula itu pas tanggal ulang tahun saya. Begitu spontan dan biasa saja, tapi entah kenapa ulang tahun saya yang ke 10 itulah satu-satunya yang terus membekas di dalam ingatan saya.

Sampai sekarang, ketika melihat lemper, ingatan saya pasti akan langsung melayang ke masa itu. Jadi sebenarnya, saat ini saya sedang kangen ingin makan lemper atau kangen ingin kembali ke masa-masa itu ya…?

Dan karena saat ini sedang tidak memungkinkan untuk membuat lemper (saya sedang tidak punya persediaan beras ketan dan daun pisang), jadi saya buat ini saja.. lumayan untuk mengobati kangen hihihi…..

Lemper-lemper dari kain flannel ini saya pasangin gantungan kunci. Eh langsung ludes diminta oleh teman-teman anak saya hehe… hmm… kayaknya saya mulai melihat ada peluang bisnis nih (sok mengerut-kerutkan kening).