Translate

Rabu, 14 Februari 2018

Ketika Kakak Beranjak Remaja




Kemarin malam sempat agak kaget ketika sebelum tidur, tiba-tiba saja Rafka mencurahkan isi hatinya panjang lebar.

“Ma, sekarang Kakak susah ya diajak main... nggak kayak dulu.”
“Ya, soalnya kan Kakak sudah besar.....”
“Makanya itu, aku sedih.....”
Lalu Rafka mulai bercerita panjang lebar tentang berbagai kenangan saat Kakak masih mau diajak main.
“Dulu pernah main jualan buah-buahan. Aku agak males. Tapi Kakak semangat, teriak-teriak ‘Buaah... buaah... siapa mau beli buah...’ gitu. Jadinya bikin aku jadi semangat main...”
Dan banyak lagi kenangannya yang lain bersama Kakak main mobil-mobilan, tabrak-tabrakan mobil, perang-perangan... duh kalau diceritain semua panjang banget deh. Saya saja sampai takjub, kok dia bisa ingat semua itu... sampai sedetail itu.
Lalu terikut melow saat dia bilang kangen Kakak yang dulu, untuk kesekian kalinya.
Akhirnya Cuma bisa bilang “Ya sudah, kalau Kakak lagi nggak mau diajak main, Rafka ajak main Mama aja...”
Dan lalu teringat kalau seringnya saya pun suka bilang: “Duuuh..... main sendiri aja sana, Dek. Mama kan lagi sibuk ini...”  *dan kemudian pengen mewek
:’(
Ya habis gimana ya... Kakak sudah memasuki usia remaja, yang mana mungkin sudah merasa bahwa bermain-main sudah bukan lagi dunianya, sementara Rafka masih sangat nyaman berada dalam dunia bermain, dan kemudian menyadari bahwa dia hanya tinggal sendiri. Karena Kakak sudah meninggalkannya, keluar dari dunia bermain mereka.
Paling-paling kemudian saya hanya meminta Kakak untuk sekali-sekali kembali menjadi anak kecil dan mengunjungi Rafka di dunia bermain. Menemaninya seperti dulu meskipun tidak selama dulu.
Dan memberikan pengertian juga ke Rafka bahwa Kakak mungkin tetap akan menemaninya bermain, tapi tidak bisa selama dulu.
Karena Kakak sudah mau jadi orang dewasa, jadi harus banyak belajar, banyak bantuin Mama....
Saya tekankan juga bahwa suatu saat nanti Rafka juga akan menjadi anak besar seperti Kakak dan pasti akan bosan juga bermain-main. Dengan begini saya harap Rafka akan bisa memahami bahwa Kakak memang sudah tidak bisa lagi sering-sering menemaninya main.
Saya bilang juga, dulu Kakak waktu masih kecil juga seringnya main sendiri, karena Rafka kan belum lahir. Dan ketika Rafka sudah lahir pun masih terlalu kecil untuk diajak bermain.
Ketika saya bicara begitu, Rafka hanya senyam-senyum saja sambil bilang..  “Oh, iya ya...”
Saya juga menekankan ke Rafka, bahwa meskipun Kakak sudah tidak bisa lagi sering-sering menemaninya bermain, tapi Kakak tetap akan ada untuk Rafka. Menemani belajar, atau membantu membuat PR.
Fiuuhh.... agak sedih memang ^_^ tapi ya memang semua anak, semua manusia itu punya episodenya masing-masing yekan.
Dan berharap mudah-mudahan Rafka bisa lebih legowo ketika harus bermain sendiri tanpa Kakak. Jadi mengingatkan saya juga sih, untuk lebih banyak meluangkan waktu menemani Rafka bermain, hehe.....

6 komentar:

  1. Mba aku kalau lihat dan baca seputar Kaka dan adik selalu pengen tambah anak hehehe. Karena asik banget bisa ajarin ke anak tentang artinya saling menyayangi antara kakak dan adik

    BalasHapus
  2. Sama Mbak..di rumah yang gede dah kelas 7, adiknya kelas 3..dah beda mainannya..
    Jadi adiknya curhat, kok Mas enggak mau lagi diajak main ini itu huhuhu..
    Ternyata kalau jauh jaraknya ada enggak enaknya juga..Jadi beda usia beda masa mainnya

    BalasHapus
  3. Betul mba... jadinya emaknya deh yg nemenin main hihihi

    BalasHapus
  4. Jadi inget waktu Keke masuk masa puber. Nai jadi sedih karena kakaknya mulai gak mau main sama dia. Udah gitu kakaknya mulai suka marah-marah ayak gak mau diganggu. Tapi sekarang udah akur lagi. Kakaknya udah usil lagi ke adeknya :D

    BalasHapus
  5. ketika anak beranjak dewasa waktu jadi tidak terasa


    klasemen liga spanyol

    BalasHapus