Tiba-tiba
menyadari bahwa dalam beberapa tahun ke depan si Kakak sudah akan lepas dari
kami, membuat saya kembali melow. Entah ya, akhir-akhir ini suka merasa melow
nggak jelas hanya karena hal-hal sepele, hahaha...
Berbeda dengan Rafka, si Kakak hampir tidak pernah berpisah dengan saya. Selama 12 tahun selalu bersama
saya, tidak pernah menginap di tempat yang berbeda. Baru di tahun ke 13, mulai
beberapa kali berpisah meskipun hanya sebentar-sebentar saja... yaitu ketika piknik sekolah, dan saat ibu saya sakit sehingga saya harus bolak-balik pulang
ke Magelang.
Dan itupun
paling lama hanya 3 malam saja. Dengan percakapan telepon yang cukup intens dan
saya merasa dia berada dalam perlindungan yang seharusnya.
Nah yang
saya pikirkan adalah, ketika nanti tiba waktunya dia harus pergi dari rumah,
maka dia sudah keluar dari perlindungan itu, sendirian di luar sana.
Perlindungan yang dia punya hanya Tuhan, dan doa kami, orang tuanya.
Tinggal
sendiri, nyuci sendiri, makan sendiri, memutuskan beberapa hal sendiri... kalau
dipikir-pikir sih kasihan ya :D
Eh, tapi
dia juga merasakan nggak ya, ke-melow-an yang saya rasakan?
Dulu, saat
saya sudah akan pergi dari rumah, malam sebelumnya bapak saya berkata: “Wah,
besok Rita sudah mau pergi. Rasanya njeglong,
biasanya berempat, jadi bertiga...”
Ketika itu
saya hanya tersenyum-senyum saja saat mendengar Bapak berkata begitu. Dan baru
merasakan arti dari kata-kata itu sekarang, saat saya sudah merasakan jadi
orang tua dan sebentar lagi anak saya juga akan pergi dari rumah (padahal masih
beberapa tahun lagi, hehehe..).
Saya rasa
semua orang tua pasti merasakan hal yang sama sih ya... kalau menuruti
keinginan hati, rasanya ingin anak-anak tinggal bersama kita selama-lamanya.
Jangan pergi-pergi... apalagi sampai pindah ke kota atau negara lain.
Tapi...
bukankah setiap orang harus melangkah untuk meraih impian dan cita-citanya?
Untuk mengejar kebahagiaannya...
Rasanya
sungguh egois jika saya meminta anak untuk tidak pergi meninggalkan saya, hanya
demi perasaan saya... dan kemudian mereka harus melepas impian dan
cita-citanya.
Tapi,
bagaimana dengan hati saya? Perasaan saya? Terlalu munafik rasanya kalau
kemudian mengatakan: ‘Asal anak bahagia, itu sudah cukup’
Bagi saya,
ya semua harus bahagia. Anak bahagia, saya juga bahagia, hehehe.....
Jadi, yang pertama adalah, saya akan tetap
mensupport anak untuk meraih cita-citanya. Mengejar impian-impiannya.
Kedua, saya juga akan mulai mengejar
impian-impian saya sendiri. Meraih kebahagiaan saya sendiri.
Berkaca
dari ibu saya, sepeninggal saya dan adik, Ibu tidak terlihat terlalu kesepian.
Berbagai kegiatan dan komunitas diikutinya. Beberapa kali memperlihatkan foto
jalan-jalan bersama teman, kelompok pengajian, kelompok pensiunan, juga
mengikuti lomba senam di beberapa kota bersama kelompok senamnya.
Ibu melepas
anak-anaknya, dan mencari sendiri bahagianya.
Saya ingin
seperti itu. Punya banyak kegiatan di masa tua untuk mengusir sepi. Mungkin
saya akan mulai ikut di beberapa komunitas, banyak menulis, mewujudkan impian
memiliki sebuah buku sendiri, atau apapun. Apapun yang membuat saya merasa
nyaman dan bahagia meskipun anak-anak tidak lagi bersama saya.
Dengan
begitu, anak-anak juga akan merasa tenang meninggalkan saya. Tidak berat untuk
melangkah, meraih impiannya, cita-cita, dan kebahagiaannya.
Jadi,
kepakkan saja sayapmu, Nak. Kejar cita-citamu. Tak perlu terlalu memikirkan
Mama. InsyaAllah Mama akan tetap bahagia. Dan kita akan sama-sama bahagia
Sekian dulu curhat tidak penting hari ini :D
Selamat
menjalankan ibadah puasa, terima kasih sudah membaca ^_^
Awwww... hangat rasanya hati ini baca postingan ini, di saat saya merasa lagi exhausted banget.
BalasHapusSaya juga suatu hari nanti bakal merasakan hal ini.
Semoga saya bisa lebih legowo, saat anak-anak harus terbang mengejar impiannya :')
aku memposisikan diri jd anaknya.. pertama kali jauh dr ortu pas 3 smu. adek2ku malah lbh muda, pas smp. tapi wkt itu jujur aku happy banget, bisa lepas. krn ortu dulu bisa dibilang militer banget hahahahahha... jd kami sebagai anaknya, kyk terima kebebasan pas jauh dr mereka. ntahlah apa yg dirasain mama papa yaaa.krn pas ngelepas , biasa2 juga wajahnya :D.
BalasHapustp ga kebayang kalo aku ngelepas anakku nanti. hrs ikhlas sih memang.toh ini demi cita2nya. malah kalo sdg main ato ngobrol, aku srg bilang, 'sekolah yg jauuuuh, nanti mami ada alasan utk ngunjungin kalian sering2' , hahahahah... masih lamaaa sih, skr nikmatin dulu kebersamaan ama mereka :)