Translate

Sabtu, 09 Desember 2017

Prioritas Yang Berubah



Kenapa sebuah atau beberapa prioritas bisa berubah? Yang pada awalnya kita sampai rela mengesampingkan berbagai hal demi sebuah prioritas, lalu tiba-tiba saja prioritas itu jadi terasa tidak penting lagi. Dikalahkan oleh sebuah atau beberapa prioritas baru.


Sebenarnya sih mungkin prioritas itu tidak berubah dengan tiba-tiba ya, pasti ada proses yang melatar belakanginya. Biasanya dengan adanya berbagai macam hal yang telah dilalui dalam kehidupan membuat seseorang merubah satu atau beberapa prioritasnya, disadari atau tidak.
Saya juga mengalaminya, entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba saja apa yang dulu pernah saya dambakan menjadi tidak lagi saya inginkan.
Ya, perjalanan kehidupan hingga kini sudah menjadi seorang ibu telah merubah berbagai keinginan, prioritas, dan pemikiran saya.
Ketika belum memiliki anak, saya pernah berniat untuk menabung dan kalau nanti uangnya sudah cukup, saya ingin plesir ke berbagai tempat wisata yang ada di seluruh dunia. Saya ingin keliling dunia.
Ketika sudah memiliki 2 orang anak, tiba-tiba saja keliling dunia menjadi tidak penting lagi. Saya mulai berpikir bahwa menabung untuk biaya sekolah atau berobat adalah jauh lebih penting. Ya, prioritas saya berubah. Dari keliling dunia menjadi tabungan pendidikan dan kesehatan anak.
Dulu, saya mati-matian ingin terlihat cantik. Saya sampai rela irit makan demi bisa membeli skincare yang bagus atau make up yang mahal. Setelah melewati bermacam suka duka dalam hidup, saya lalu menyadari bahwa terlihat cantik bagi saya sudah tidak penting lagi. Prioritas saya berubah dari ingin terlihat cantik menjadi ingin sehat dan senantiasa bahagia. Ritual-ritual cantik secara tidak sadar bergeser menjadi ritual-ritual sehat. Saya juga semakin giat menanamkan nilai-nilai ketulusan pada diri anak-anak supaya mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang bahagia.
Lebih menyenangkan mana, memiliki prioritas-prioritas yang dulu, atau yang sekarang?
Ya kalau boleh jujur sejujur-jujurnya, bagi saya awalnya tentu lebih menyenangkan memiliki prioritas yang dulu ya hehe..... di mana tujuan hidup murni hanya untuk menyenangkan diri sendiri.
Tapi seiring waktu berjalan dan usia bertambah, saya semakin menyadari bahwa kebahagiaan saya adalah bersama anak-anak. 

Saya pernah bertanya kepada diri sendiri, jika seandainya saya tetap berada di prioritas keliling dunia misalnya, dan tabungan saya sudah cukup untuk itu, mampukah saya benar-benar pergi keliling dunia meninggalkan anak-anak? Dan ternyata jawabannya adalah tidak. Jadi ternyata prioritas yang itu sudah tidak lagi menyenangkan untuk saya (ya kecuali kalau budgetnya cukup untuk pergi bersama-sama ya. Itu lain cerita tentu saja).
Jadi untuk sekarang, saya lebih senang melepaskan prioritas keliling dunia dan menggantinya dengan prioritas tabungan pendidikan dan kesehatan anak. Karena saya bahagia ketika anak-anak sehat dan mendapatkan pendidikan yang semestinya.
Kalau temans, adakah prioritas yang berubah?

7 komentar:

  1. Berubahnya prioritas bukan merupakan kegagalan, tapi keputusan logis seiring dengan berjalannya waktu yg banyak hal baru terjadi ya, Mbak..

    BalasHapus
  2. Berubah ke yang lebih baik, setuju
    Mbak.

    BalasHapus
  3. Saat ini gak ada perubahan, mb. Kalau saya tetap prioritas utama anak. Pengen jadi ibu yg lebih baik dan nabung yang banyak buat pnedidikn anak :)

    BalasHapus
  4. iya ya Tante
    semakin banyak pengalaman , prioritasnya bisa berubah ya

    BalasHapus
  5. Sama mba..
    Kadang ambisi2 kita sudah melebur..bukan untuk "saya" tapi untuk "mereka"..

    Andaikan di depanku ada pilihan tiket gratis untuk ke australi untuk 1 orang, buat liburan dan 4 tiket jalan2 ke Semarang (yang cuma 4 jam perjalanan) untuk 1 keluarga... Aku milih ke Semarang aja. Asal bareng2..

    BalasHapus
  6. nanti klo anaknya sudah pada besar2 baru keliling dunianya mba :p

    BalasHapus