Translate

Sabtu, 02 April 2016

Sehat Itu Indah



Sejak hampir 2 minggu yang lalu, bagian pinggang saya terasa sakit luar biasa. Untuk bergerak terasa begitu kaku seakan-akan pinggang saya terbuat dari kayu yang akan patah jika dipaksa untuk diluruskan. Berjalan pun jadi sedikit
terbungkuk dan ini tentu sangat menghambat aktifitas keseharian saya. Mungkin pinggang saya kecethit (apa ya bahasa Indonesianya..?) dan terpikir untuk pergi ke tukang urut. Tapi terus terang saja sih, saya itu sebenarnya agak-agak anti dengan yang namanya tukang urut. Bukan apa-apa.... sakitnya itu lho....
Dulu ketika masih tinggal di Bekasi, saya punya tukang urut langganan. Kalau ngurut tuh benar-benar nggak sakit. Dia bisa membetulkan urat-urat yang keseleo tanpa harus membuat saya kesakitan. Nah di tempat tinggal yang sekarang, susah menemukan tukang urut seperti tukang urut langganan saya di Bekasi dulu. Jadi saya masih mikir-mikir untuk pergi ke tukang urut. Dan solusi pertama yang saya ambil adalah minum jamu pegal linu. Jamu ini juga salah satu andalan saya ketika badan terasa ada yang tidak beres, dan biasanya sih manjur.
Tapi kali ini kok lain ya. Sudah beberapa kali minum jamu pegal linu tapi sakit di pinggang ini tak kunjung hilang. Yang jualan jamu saja sampai merasa nggak enak hati dan menambah dosis jamunya tanpa menaikkan harganya.
Saya benar-benar terganggu, tidak nyaman, dan kesakitan. Ketika  harus berdiri agak lama (mencuci piring misalnya), rasa sakit itu perlahan menjalar hingga ke paha. Kedua paha saya jadi terasa begitu nyeri setiap melakukan aktifitas yang harus dilakukan sambil berdiri.
Kondisi ini membuat saya akhirnya memaksa diri untuk menghadapi tukang urut. Dan benar kan? Rasanya justru lebih sakit setelah diurut daripada sebelum diurut. Menurut si tukang urut, yang kecethit bukan pinggang saya, melainkan daerah paha dan area di bawah ketiak. Tapi kenapa yang sakit justru di pinggang ya? Saya tidak sempat menanyakan karena terlalu fokus menahan rasa sakit ketika tukang urut itu membenahi urat-urat saya.
Dan, taraaaa..... sepulang dari tukang urut, saya yang tadinya hanya berjalan sambil sedikit terbungkuk kini bertambah dengan terpincang-pincang, karena kedua paha saya yang habis diurut kini nyerinya luar biasa.
Dalam kondisi demikian, saya jadi seperti disentakkan oleh kesadaran bahwa mungkin selama ini saya kurang mensyukuri nikmat sehat yang sudah Allah berikan. Mungkin selama ini saya kurang menghargai ketika seluruh otot-otot saya terasa lentur dan bebas bergerak. Mungkin saya terlupa bahwa beraktifitas tanpa rasa sakit itu adalah sebuah karunia yang tak terhingga.
Dan jika memang benar demikian adanya, pantaskah jika saya mengeluh sekarang? Memang kadang terucap walau hanya di dalam hati saja: ‘Ya Allah, sampai kapan aku harus merasakan sakit ini?’
Tapi segera saya hapus segala prasangka buruk padaNya dengan puluhan istighfar semampu mulut dan hati saya mengucapkannya. Saya hanya bisa memasrahkan diri tunduk pada skenarioNya. Berulang kali saya meneguhkan hati bahwa jika memang Allah menurunkan sakit ini untuk menghapus sedikit dari dosa-dosa saya, maka saya seratus persen ikhlas menerimanya.
Saya hanya berdoa dan memohon agar tetap diberikan kekuatan untuk mengurus anak-anak saya. Membimbing dan menemani mereka sama seperti sebelum-sebelumnya.
Dan pertolongan Allah akhirnya datang melalui ibu-ibu di TK-nya Rafka. Beberapa dari mereka menyarankan untuk mencoba sebuah obat yang bernama pil kecethit. Sungguh, saya baru kali ini mendengarnya. Ketika saya mengatakan bahwa akan mencoba mencari obat tersebut di apotek, menurut mereka saya tidak akan menemukannya, karena obat itu hanya tersedia di warung-warung kecil, dan tidak akan mungkin ditemukan di apotek. Sebagian dari mereka melarang saya minum itu karena menurut mereka obat tersebut tidak mencantumkan BPOM pada kemasannya, oleh karena itulah maka tidak ada apotek yang menyediakannya.
Sempat galau, antara ingin sembuh, atau mendengarkan saran dari sebagian ibu-ibu yang kontra dengan obat itu. Akhirnya saya menguatkan hati saja. Saya ingin sembuh. Bismillah. Semoga ini adalah jalan keluar yang memang sudah Allah sediakan untuk saya.
Dan saya pun mulai bergerilya mencari obat tersebut ke beberapa warung kecil dan menemukannya. Ini dia penampakannya.

Dalam satu paket terdiri dari 4 buah pil dan harganya cuma seribu rupiah. 

Seribu rupiah! Sempat terbersit rasa curiga namun saya  meneguhkan hati semoga ini adalah bentuk pertolongan dari Allah untuk menyembuhkan sakit saya. Karena harganya yang cukup murah saya lalu membeli beberapa bungkus. Ketika menulis ini saya sudah meminum sebanyak 6 bungkus, dan rasa sakit saya berangsur-angsur mulai mereda. Saya tidak tahu apakah ini karena pil-pil itu atau berkat hasil kerja keras tukang urut beberapa hari yang lalu.
Yang pasti saya sangat bersyukur karena sakit yang saya rasakan kini jauh lebih berkurang. Paha saya sudah tidak lagi terasa nyeri saat harus berdiri lama.
Memang sih, kalau habis duduk agak lama, dan tiba-tiba harus berdiri, rasa sakit dan kaku di pinggang masih sedikit terasa, tapi berangsur-angsur menghilang setelah saya pakai berjalan beberapa saat. Terima kasih ya Allah.....
Doakan saya ya temans, semoga sakit pinggang ini segera lenyap tak berbekas. Jujur saja, yang paling saya khawatirkan ketika sakit adalah anak-anak saya. Mereka masih sangat membutuhkan saya. Bagaimana akan mengurus mereka jika saya sakit terkapar tak berdaya?
Dan hikmah yang saya rasakan dari ujian kali ini adalah:
1.   Jangan pernah berhenti mengingatkan diri sendiri dan juga anak-anak untuk selalu mensyukuri setiap tetes nikmat yang Allah berikan meskipun itu terlihat begitu sepele dan biasa.
2.   Mulai menyadari bahwa si Kakak sebenarnya sudah cukup besar untuk diajarkan memikul beberapa tanggung jawab ringan supaya paling tidak bisa sedikit-sedikit membantu menjaga dan mengurus keluarga ketika diperlukan.
3.   Si Kakak kini terasa lebih bertanggung jawab karena selama saya sakit, saya sering kali memintanya untuk membantu melakukan berbagai pekerjaan ringan yang bisa dikerjakannya.

‘Look for the rainbow in every storm’ kalau kata Spice Girls (halah ketahuan deh saya angkatan tahun berapa). Selalu ada hikmah dalam setiap musibah kan? Dan lagi, saya tidak menganggap ini sebagai musibah, hanya sedikit jeweran tanda kasih dariNya supaya saya tidak pernah lagi lalai dalam mensyukuri setiap nikmat dan karuniaNya.
Sehat itu indah temans, sehat itu adalah karunia yang tak terhingga. Yuk kita tingkatkan rasa syukur atas berbagai nikmat-nikmat kecil yang bahkan terkadang tidak terasa karena begitu biasa. Dan, jangan lupa untuk selalu berikhtiar menjaga kesehatan ya.......

4 komentar:

  1. Bersyukur tak memerlukan syarat. Tinggal bersyukur saja. Kalau sudah sakit kan ada syaratnya yaitu sabar. Semoga lekas sembuh. Dan sehat itu indah.

    BalasHapus
  2. Dulu ibu saya juga jualan pil macam itu Mak. Banyak yg nyari soalnya emang mujarab.

    Trimakasij juga telah diingat soal bersyukur. Sakit itu kadang membawa hikmah yg luar biasa ya Mak.

    BalasHapus
  3. Iya mbak memiliki tubuh yang sehat itu adalah hal yang dinginkan oleh setiap orang termasuk juga saya untuk itu penting buat kita untuk menjaga kondisi suapaya tetap sehat.

    BalasHapus
  4. Terkadang kita baru merasakan nikmatnya untuk bersyukur di kala sedang sakit :)

    BalasHapus