Sejak
hampir 2 minggu yang lalu, bagian pinggang saya terasa sakit luar biasa. Untuk
bergerak terasa begitu kaku seakan-akan pinggang saya terbuat dari kayu yang
akan patah jika dipaksa untuk diluruskan. Berjalan pun jadi sedikit
terbungkuk
dan ini tentu sangat menghambat aktifitas keseharian saya. Mungkin pinggang
saya kecethit (apa ya bahasa
Indonesianya..?) dan terpikir untuk pergi ke tukang urut. Tapi terus terang
saja sih, saya itu sebenarnya agak-agak anti dengan yang namanya tukang urut.
Bukan apa-apa.... sakitnya itu lho....
Dulu
ketika masih tinggal di Bekasi, saya punya tukang urut langganan. Kalau ngurut
tuh benar-benar nggak sakit. Dia bisa membetulkan
urat-urat yang keseleo tanpa harus membuat saya kesakitan. Nah di tempat
tinggal yang sekarang, susah menemukan tukang urut seperti tukang urut
langganan saya di Bekasi dulu. Jadi saya masih mikir-mikir untuk pergi ke
tukang urut. Dan solusi pertama yang saya ambil adalah minum jamu pegal linu.
Jamu ini juga salah satu andalan saya ketika badan terasa ada yang tidak beres,
dan biasanya sih manjur.
Tapi
kali ini kok lain ya. Sudah beberapa kali minum jamu pegal linu tapi sakit di
pinggang ini tak kunjung hilang. Yang jualan jamu saja sampai merasa nggak enak
hati dan menambah dosis jamunya tanpa menaikkan harganya.
Saya
benar-benar terganggu, tidak nyaman, dan kesakitan. Ketika harus berdiri agak lama (mencuci piring
misalnya), rasa sakit itu perlahan menjalar hingga ke paha. Kedua paha saya jadi
terasa begitu nyeri setiap melakukan aktifitas yang harus dilakukan sambil
berdiri.
Kondisi
ini membuat saya akhirnya memaksa diri untuk menghadapi tukang urut. Dan benar
kan? Rasanya justru lebih sakit setelah diurut daripada sebelum diurut. Menurut
si tukang urut, yang kecethit bukan
pinggang saya, melainkan daerah paha dan area di bawah ketiak. Tapi kenapa yang
sakit justru di pinggang ya? Saya tidak sempat menanyakan karena terlalu fokus
menahan rasa sakit ketika tukang urut itu membenahi
urat-urat saya.
Dan,
taraaaa..... sepulang dari tukang urut, saya yang tadinya hanya berjalan sambil
sedikit terbungkuk kini bertambah dengan terpincang-pincang, karena kedua paha
saya yang habis diurut kini nyerinya luar biasa.
Dalam
kondisi demikian, saya jadi seperti disentakkan oleh kesadaran bahwa mungkin
selama ini saya kurang mensyukuri nikmat sehat yang sudah Allah berikan. Mungkin
selama ini saya kurang menghargai ketika seluruh otot-otot saya terasa lentur
dan bebas bergerak. Mungkin saya terlupa bahwa beraktifitas tanpa rasa sakit
itu adalah sebuah karunia yang tak terhingga.
Dan
jika memang benar demikian adanya, pantaskah jika saya mengeluh sekarang? Memang
kadang terucap walau hanya di dalam hati saja: ‘Ya Allah, sampai kapan aku
harus merasakan sakit ini?’
Tapi
segera saya hapus segala prasangka buruk padaNya dengan puluhan istighfar
semampu mulut dan hati saya mengucapkannya. Saya hanya bisa memasrahkan diri
tunduk pada skenarioNya. Berulang kali saya meneguhkan hati bahwa jika memang
Allah menurunkan sakit ini untuk menghapus sedikit dari dosa-dosa saya, maka
saya seratus persen ikhlas menerimanya.
Saya
hanya berdoa dan memohon agar tetap diberikan kekuatan untuk mengurus anak-anak
saya. Membimbing dan menemani mereka sama seperti sebelum-sebelumnya.
Dan
pertolongan Allah akhirnya datang melalui ibu-ibu di TK-nya Rafka. Beberapa
dari mereka menyarankan untuk mencoba sebuah obat yang bernama pil kecethit. Sungguh, saya baru kali
ini mendengarnya. Ketika saya mengatakan bahwa akan mencoba mencari obat
tersebut di apotek, menurut mereka saya tidak akan menemukannya, karena obat
itu hanya tersedia di warung-warung kecil, dan tidak akan mungkin ditemukan di
apotek. Sebagian dari mereka melarang saya minum itu karena menurut mereka obat
tersebut tidak mencantumkan BPOM pada kemasannya, oleh karena itulah maka tidak
ada apotek yang menyediakannya.
Sempat
galau, antara ingin sembuh, atau mendengarkan saran dari sebagian ibu-ibu yang
kontra dengan obat itu. Akhirnya saya menguatkan hati saja. Saya ingin sembuh.
Bismillah. Semoga ini adalah jalan keluar yang memang sudah Allah sediakan
untuk saya.
Dan
saya pun mulai bergerilya mencari obat tersebut ke beberapa warung kecil dan
menemukannya. Ini dia penampakannya.
Dalam
satu paket terdiri dari 4 buah pil dan harganya cuma seribu rupiah.
Seribu
rupiah! Sempat terbersit rasa curiga namun saya
meneguhkan hati semoga ini adalah bentuk pertolongan dari Allah untuk
menyembuhkan sakit saya. Karena harganya yang cukup murah saya lalu membeli
beberapa bungkus. Ketika menulis ini saya sudah meminum sebanyak 6 bungkus, dan
rasa sakit saya berangsur-angsur mulai mereda. Saya tidak tahu apakah ini
karena pil-pil itu atau berkat hasil kerja keras tukang urut beberapa hari yang
lalu.
Yang
pasti saya sangat bersyukur karena sakit yang saya rasakan kini jauh lebih
berkurang. Paha saya sudah tidak lagi terasa nyeri saat harus berdiri lama.
Memang
sih, kalau habis duduk agak lama, dan tiba-tiba harus berdiri, rasa sakit dan
kaku di pinggang masih sedikit terasa, tapi berangsur-angsur menghilang setelah
saya pakai berjalan beberapa saat. Terima kasih ya Allah.....
Doakan
saya ya temans, semoga sakit pinggang ini segera lenyap tak berbekas. Jujur
saja, yang paling saya khawatirkan ketika sakit adalah anak-anak saya. Mereka
masih sangat membutuhkan saya. Bagaimana akan mengurus mereka jika saya sakit
terkapar tak berdaya?
Dan
hikmah yang saya rasakan dari ujian kali ini adalah:
1.
Jangan pernah berhenti mengingatkan
diri sendiri dan juga anak-anak untuk selalu mensyukuri setiap tetes nikmat
yang Allah berikan meskipun itu terlihat begitu sepele dan biasa.
2.
Mulai menyadari bahwa si Kakak
sebenarnya sudah cukup besar untuk diajarkan memikul beberapa tanggung jawab
ringan supaya paling tidak bisa sedikit-sedikit membantu menjaga dan mengurus
keluarga ketika diperlukan.
3.
Si Kakak kini terasa lebih bertanggung
jawab karena selama saya sakit, saya sering kali memintanya untuk membantu
melakukan berbagai pekerjaan ringan yang bisa dikerjakannya.
‘Look for the rainbow in every
storm’ kalau kata Spice Girls (halah ketahuan deh saya
angkatan tahun berapa). Selalu ada hikmah dalam setiap musibah kan? Dan lagi,
saya tidak menganggap ini sebagai musibah, hanya sedikit jeweran tanda kasih
dariNya supaya saya tidak pernah lagi lalai dalam mensyukuri setiap nikmat dan
karuniaNya.
Sehat
itu indah temans, sehat itu adalah karunia yang tak terhingga. Yuk kita
tingkatkan rasa syukur atas berbagai nikmat-nikmat kecil yang bahkan terkadang
tidak terasa karena begitu biasa. Dan, jangan lupa untuk selalu berikhtiar
menjaga kesehatan ya.......
Bersyukur tak memerlukan syarat. Tinggal bersyukur saja. Kalau sudah sakit kan ada syaratnya yaitu sabar. Semoga lekas sembuh. Dan sehat itu indah.
BalasHapusDulu ibu saya juga jualan pil macam itu Mak. Banyak yg nyari soalnya emang mujarab.
BalasHapusTrimakasij juga telah diingat soal bersyukur. Sakit itu kadang membawa hikmah yg luar biasa ya Mak.
Iya mbak memiliki tubuh yang sehat itu adalah hal yang dinginkan oleh setiap orang termasuk juga saya untuk itu penting buat kita untuk menjaga kondisi suapaya tetap sehat.
BalasHapusTerkadang kita baru merasakan nikmatnya untuk bersyukur di kala sedang sakit :)
BalasHapus