Translate

Minggu, 28 Juli 2019

Tentang Cinta Dan Hadiah


Kemarin habis nonton Youtube tentang seorang ibu yang memberikan hadiah mobil kepada anaknya, yang langsung banjir ribuan komentar yang rata-rata intinya adalah: “Kamu beruntung sekali punya ibu seperti itu... memberikan hadiah mobil untukmu....”

Ya. siapa sih yang tidak iri melihat tayangan seperti itu. Saya saja iri kok, hahaha.... tapi kalau saya irinya ke ibunya, ‘Duh, kapan ya bisa beliin mobil pribadi buat anak, kayak dia itu...”  Begitu, hehehe.....
Ya... itu manusiawi ya, wajar saja sih menurut saya. Bohonglah kalau nonton tayangan seperti itu dan tidak terbersit rasa iri di hati walau Cuma sedikit seuprit.
Tapi saya lalu merasa terganggu ketika ada beberapa anak yang kemudian membanding-bandingkan kehidupannya dengan kehidupan si youtuber. Dan parahnya lagi, membandingkan ibunya dengan ibu si youtuber. Hanya karena ibu si youtuber memberikan hadiah mobil, dan ibunya tidak.
Seolah-olah kasih sayang yang tercurah selama ini tidak lagi berarti.

Di warung mungil saya, ada seorang kakek yang rajin sekali membeli permen untuk cucunya.
Bahkan saat cucunya sedang tidak ikut bersamanya pun, dia tetap mampir ke warung saya untuk membeli permen. “Untuk cucu saya...” Katanya, memberi penjelasan, meskipun saya sudah tahu.
Harga permennya sangat murah, tapi mampu menyelusupkan kehangatan di hati saya. Permen yang harganya Cuma beberapa ribu rupiah itu membawa cinta yang tak terhingga dari seorang kakek untuk cucunya.

Harga permen dan harga mobil seperti yang terkisah di atas tentu tidak bisa dibandingkan. Tapi jika benar-benar dirasa, bukankah keduanya memiliki kandungan cinta yang sama?
Kebetulan yang satu memiliki uang yang melimpah ruah sampai tumpah-tumpah sehingga mampu mewujudkan cintanya dengan sebentuk mobil mewah.
Sedangkan yang satu hanya mampu mewujudkan cinta dengan beberapa butir permen warna-warni kesukaan cucunya.
Tapi percayalah, yang menerima permen, dan yang menerima mobil, sama beruntungnya (kenapa di bagian ini saya merasa agak munafik ya, hahaha...).

Yah intinya, jangan membandingkan cinta yang kalian dapat hanya dengan melihat dari barang yang kalian terima. Karena terkadang cinta yang setulus-tulusnya itu justru tak kasat mata.
Baca juga:Setulusnya Cinta
Saat mereka yang mencintai kalian belum bisa memberikan apa yang kalian harapkan, bukan berarti cinta mereka untukmu berkurang. Cinta mereka tetap utuh. Tulus. Tak terhingga.
Dan saat mereka yang mencintai kalian belum bisa memberikan materi yang melimpah, yakinlah bahwa cinta mereka untuk kalian akan selalu melimpah ruah sampai tumpah-tumpah.

1 komentar:

  1. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain apalagi sifatnya materi nggak akan ada habisnya. Yang ada malah jadi nggak bersyukur ya mbak. Padahal hal-hal kecil yang dilakukan orang tua kita itu juga bentuk kasih sayang yang besar.

    BalasHapus