Menurut lidah saya, seenak apapun rasa sebuah masakan, masih belum lengkap rasanya jika tidak ada rasa pedasnya. Ya. Sejak kecil,saya memang penggemar pedas. Masakan apapun yang saya makan harus ada pedas-pedasnya meskipun cuma sedikit.
Ketika lulus SMA dan harus tinggal terpisah dengan orang tua, saya pun mulai jarang makan masakan rumahan. Ada sih, beberapa warung makan yang tersebar di sekitar tempat kost, tapi pada akhirnya saya toh terbawa juga oleh kebiasaan teman-teman yang hampir setiap malam membeli makanan di warung-warung tenda yang banyak bertebaran di setiap sudut Jogja.
Tahu kan, menu apa saja yang biasanya ditawarkan di warung-warung tenda semacam itu? Semua adalah makanan yang diwajibkan menyertakan sambal dalam penyajiannya. Mulai dari tempe dan tahu penyet, pecel lele, sampai ayam dan bebek baik bakar maupun goreng.
Dan makan di warung-warung semacam ini benar-benar memanjakan lidah saya. Beraneka macam dan rasa sambal yang berbeda-beda membuat saya merasa sedang berada di dalam surga kuliner.
Berhubung saya adalah seorang penggemar bebek, maka bebek selalu menjadi menu andalan saya. Daging bebek yang gurih dipadu dengan sambal nikmat yang super-duper pedas benar-benar memacu adrenalin saya. Meskipun tidak jarang sampai membuat saya ‘ngos-ngosan’ saking pedasnya, tapi saya selalu ketagihan lagi dan lagi. Ketika nikmatnya sambal yang memanjakan membawa serta rasa pedas yang menyerang lidah, saat itulah saya merasakan sensasi luar biasa menyantap bebek.
Kalau kata Pak Bondan Winarno: ‘Mak Nyuss…’ Ada yang bilang ‘Nyamleng’ Ada juga yang bilang ‘Guandeme Puoll…’
Kalau saya? Saya sih tidak punya istilah khusus dalam mengekspresikan kepuasan lidah. Karena ketika lidah ini sudah bertemu dengan daging bebek berikut sambal pedasnya yang nikmat, maka saya akan segera kehilangan kata-kata. yang bisa saya lakukan hanyalah merem-melek merasakan kenikmatan sambil melawan rasa pedas yang membuat saya ber-ampun-ampun sekaligus ketagihan.
Baru-baru ini saya menemukan sebuah restoran bebek di internet. Dilihat dari namanya: RESTO BEBEK JUDES benar-benar membuat saya penasaran. Kenapa namanya harus Bebek Judes ya??
Setelah saya googling baru tahu kalau ternyata Judes itu singkatan dari Juara Pedas. Aduuhh… rasa penasaran saya segera memuncak sampai ke ubun-ubun. Apalagi ketika saya menengok ke menu-menu yang mereka tawarkan. Ada yang namanya Bebek Perawan Kramazz, Bebek Perawan Goreng, Bebek Perawan Gejrot, dan Bebek Perawan Lada Hitam. Itu baru sebagian kecil lho, masih banyak lagi menu-menu lain yang membuat saya blingsatan saking penasarannya.
Sayangnya, si Bebek Judes ini belum membuka cabang di kota yang terjangkau oleh saya. Ada sih, yang agak dekat. Tapi harus ke Semarang. Oke, saya akan mulai mengatur jadwal untuk mengunjungi sanak family yang tinggal di Semarang. Jadi pulangnya kami bisa mampir untuk icip-icip si judes di Resto Bebek Judes. Hmm.. ide yang bagus.
Ternyata selain memanjakan selera para pecinta kuliner, Resto Bebek Judes bisa juga sebagai ajang penyambung silaturahmi ya… hehe….
“Tulisan Ini Diikutsertakan Pada Giveaway Sensasi Makan Bebek Pedas”
sampe sekarang saya blm pernah bisa merasakan rasanya makan bebek apalagi pedas hihi... sukses ya mbak buat GA nya
BalasHapuskalo ga pedas makanannya jd terasa hambar ya mak, saking terbiasanya makan pedas :p
BalasHapuskalo aku sih bukan penggemar makanan pedas maksimal..
semoga menang GA nya mak..
Tuh kan bener mbak Rita Dewi, suka pedas kaaan... ^_^
BalasHapusterima kasih susah berpartisipasi. Tercatat, ya :)
BalasHapustambah sambal yang pedas, uenak tenan :)
BalasHapusWah, bebek makin pedas saya makin suka, Mbak.
BalasHapusSukses ya buat GA-nya. :D
enak sekali.
BalasHapusasuransi rawat inap