Translate

Sabtu, 13 April 2013

Ketemu Hantu




Percaya hantu? Dulu saya tidak terlalu. Acara-acara reality show yang mengangkat berbagai tema hantu, justru membuat saya semakin tidak percaya hantu. Mungkin si pembuat acara tahu betul bahwa masyarakat kita begitu fanatik dengan cerita-cerita semacam itu dan sengaja membuat acara itu sekedar untuk menaikkan rating.



Sampai beberapa waktu lalu, tiba-tiba kekukuhan hati saya melorot jatuh dan hampir saja lenyap tak berbekas. Ketika itu sekitar pukul sepuluh malam, suami sedang tidak di rumah. Saya sudah hampir masuk ke alam mimpi saat suara motor mainan Rafka, anak kedua saya, tiba-tiba menyala. Saya sempat berfikir, mungkin Raki, anak sulung saya yang sedang memainkannya (walaupun sangat tidak mungkin Raki bangun pada pukul sepuluh malam dan iseng memainkan motor adiknya). Penasaran, saya melongok ke tempat tidur Raki dan mendapati dia sedang terlelap nyaman menikmati mimpinya (terus terang saya iri sekali padanya).

Dan akhirnya saya melihatnya. Sesuatu yang selama ini hanya saya lihat di film-film horror. Motor Rafka berjalan sendiri tanpa ada seorangpun yang menaikinya. Seharusnya motor itu hanya berjalan kalau ada seorang anak yang menginjak gasnya. Saya cuma bisa melotot memandangi si motor sampai akhirnya dia berhenti dengan sendirinya. Jantung saya melompat-lompat seakan-akan ingin keluar. Dan selanjutnya saya menghabiskan sisa malam itu dengan meringkuk di balik selimut.

Ketika saya bercerita kepada suami, ternyata ada penjelasan yang masuk akal yang kembali mengukuhkan hati saya. Menurutnya, setelah sesorean motor itu dimainkan oleh anak-anak dan beberapa keponakan yang kebetulan datang berkunjung kemarin sampai batreinya habis, harusnya saya men-charge batreinya malam itu. Dan ketika saya lupa melakukannya, akhirnya motor itu, bahasa awamnya sih, seperti menghabiskan sisa-sisa kekuatan terakhirnya. Dan semua itu berlangsung tepat ketika saya sedang memelototinya diiringi suara gedebak-gedebuk jantung saya. Penjelasan yang sebenarnya dapat diterima oleh nalar saya dan cukup mampu menghilangkan paranoid saya. Hanya saja, ketika saya berusaha menegaskan lagi pada suami, dia cuma berkata, "Teorinya sih, memang begitu, tapi pada prakteknya, jarang sih, sampai ada yang terjadi begitu..." Dan kekukuhan hati saya kembali melorot sampai ke kaki.

Bukan saya saja sebenarnya yang pernah mengalami kejadian horor. Suami saya bahkan jauh lebih seram. Saat itu dia harus pulang lumayan larut. Sekitar pukul dua dini hari, jalanan sepi, tidak ada kendaraan lewat selain motor suami. Tiba-tiba, tak tahu dari mana datangnya, di bahu jalan ada seorang perempuan berwajah pucat dengan rambut keriting yang tergerai panjang plus baju putih panjang menyapu tanah, berjalan pelan-pelan layaknya pengantin sambil menatap suami saya. Setelah suami saya 'ngeh' kalau perempuan di hadapannya ini mirip sekali dengan sosok kuntilanak yang ada di film-film horor, dia langsung tancap gas sampai ke rumah.

Dan kabar baiknya adalah, ternyata bukan suami saya saja yang pernah melihatnya. Si kuntilanak kabarnya memang sudah meresahkan warga, terutama yang harus melintasi jalan itu lewat tengah malam. Usut punya usut, si kuntilanak ternyata adalah kawanan perampok yang sengaja menyamar dan menakut-nakuti siapapun yang bisa mereka takut-takuti. Dan ketika korban-korban mereka ketakutan sampai pingsan atau terjatuh dari motor, misalnya, mereka akan langsung melakukan aksinya. Hanya saja, kabarnya, cara mereka ini tidak banyak membuahkan hasil. Para calon korban hampir semuanya melakukan apa yang dilakukan juga oleh suami saya: Kabur!

Lain waktu, saya pernah terbangun pada pukul setengah dua pagi karena mendengar suara tawa cekikikan mirip suara kuntilanak seperti yang (lagi-lagi) sering terdengar di film-film horror. Suara tawa yang cukup bisa membuat seluruh tubuh saya lemas dan jantung saya kembali melompat-lompat seperti kuda liar yang tak terkendali.

Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada saya bangunkan suami. Dan di luar dugaan, suami saya bangun dengan tenangnya, meraih tas kerjanya, dan mengambil ponselnya yang masih asyik tertawa-tawa cekikikan. Oalaahh….

Suami saya menjelaskan bahwa itu adalah ulah salah satu teman kantornya yang iseng memasukkan suara kuntilanak itu dan menjadikannya ringtone di HP suami saya.

Entah kenapa, setelah mengalami kejadian-kejadian seperti itu, justru sekarang saya tidak lagi sekukuh dulu. Sekarang sebagian dari diri saya percaya adanya hantu, walaupun sebagian yang lain kadang-kadang masih menyangkalnya.

Kalau Anda…?

(tulisan ini pernah dimuat di rubrik gado-gado femina)



 

5 komentar:

  1. wkwkw usil juga, ya. Tp emang serem aja kl suara ringtone kyk gitu :D

    BalasHapus
  2. kalo dengernya jam 2 siang sih gapapa mbak, lha ini jam 2 malam. asli bikin jantung saya mau copot rasanya. makasih sudah mampir :)

    BalasHapus
  3. kalau saya, sering mbak...bahkan pernah melihat suami saya menjadi 2, satu tidur di sebelah saya, satunya lagi di dapur. ada ditulis di blog saya mbak :)

    BalasHapus
  4. iya saya sdh baca di blog nya mbak, asli lho cerita mbak bikin merinding, dan saya selalu menantikan kisah-kisah horror yang lain di blognya mbak lho :) terimakasih sudah mampir ya...

    BalasHapus
  5. wah..seru juga pengalamannya..kadang ada keraguan juga ya, antara percaya dan tidak percaya adanya hantu begitu..kalo saya sih percaya hantu itu ada, tapi gak mau terlibat dan melihat..hi.. :)

    BalasHapus