Dulu, saya
adalah seorang introvert. Sekarang juga sih, tapi sudah bisa banyak
menyesuaikan diri.
Saya enjoy
walaupun selama berhari-hari tidak keluar rumah, tidak bertemu orang lain
selain keluarga, tidak berinteraksi dengan dunia luar.
Dulu, setiap
waktu liburan tiba, saat teman-teman sibuk merencanakan mau main ke sini, atau
jalan-jalan ke sana. Saya santai saja di rumah. Membaca buku, menyewa film,
atau sekedar nonton vcd boyband-boyband kesayangan :D Sekarang, jadi ibu rumah
tangga yang 90% di rumah, saya masih cukup enjoy.
Banyak juga
yang heran, “Kok kamu nggak bete siih..? aku aja kalau 2 hari nggak keluar
rumah beteee...”
Hahaha...
ya nggak tahu ya. Saya sendiri kadang heran kenapa saya nggak bete? Mungkin
karena saya seorang introvert. Saya merasa nyaman berada dalam kesunyian, dalam
kesendirian. Berbicara pada hati sendiri, berdebat dengan pikiran sendiri.
Saya betah
duduk sendirian berjam-jam di tengah keramaian. Membaca, mendengarkan musik,
atau sekedar memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang. Tanpa teman bicara.
Tidak bosan, dan merasa nyaman.
Sifat
introvert ini dulu sering merugikan (dulu ya, karena seperti yang saya bilang
di awal tulisan, sekarang saya sudah bisa banyak menyesuaikan diri).
Cap sombong
hampir tidak pernah lepas dari diri saya. Terlontar dari mana-mana. Padahal
demi Allah, saya bukan bermaksud sombong. Saya hanya bingung ketika akan
memulai sebuah percakapan. Takut salah bicara, takut mengganggu, takut tidak
disukai, dan takut-takut lain yang berujung dengan bungkamnya saya dan menambah
koleksi cap combong saya.
Dulu,
teman-teman baik saya di sekolah seringkali mengungkapkan kesan pertama mereka
terhadap saya, “Dulu aku kirain kamu sombong lho. Habis diam saja di pojokan
kayak patung...”
Hahaha...
Dan
pembelaan saya biasanya adalah: “Ya waktu itu kan aku belum kenal kalian, kalau
tiba-tiba nimbrung ikutan haha hihi takutnya dibilang SKSD kan...”
Yang sudah
cukup lama mengenal saya biasanya akan paham, bahwa saya pendiam hanya di
awal-awal penyesuaian. Ketika sudah sering bertemu dan saya sudah merasa cukup
nyaman, maka saya adalah seorang teman yang menyenangkan (ini kata mereka
lho... beneran... sungguh...).
Kalau
dirunut-runut ke belakang, memang sahabat-sahabat saya itu kebanyakan mereka
duluan sih, yang memulai proses pendekatan. Itulah sebabnya hampir semua
sahabat saya adalah orang-orang yang ramai, terbuka, dan memiliki banyak teman.
Kalau
orangnya introvert juga macam saya, sudah pasti tidak akan nyambung. Bayangkan
saja jika orang pendiam bertemu orang pendiam, apakah mereka bisa jadi dekat?
Emm... bisa juga sih, tapi sangat jarang. Hahaha...
Saya pernah
punya sahabat pendiam. Dan itu terjadi karena dia adalah teman sebangku saya.
Setiap hari bertemu dan duduk sebangku, sudah pasti jadi sahabat kan :D
entahlah kalau tempat duduk kami berjauhan, apakah saya bisa menjadi sahabatnya
atau tidak.
Sekarang
karena sudah dewasa (baca: tua), saya sudah semakin mahir menyesuaikan diri
dengan sekitar. Walaupun tetap ada saat-saat di mana saya butuh sedikit waktu
untuk kembali menjadi introvert, kembali ke dunia saya yang sunyi sepi, ke zona
nyaman saya. Karena itu adalah saat-saat saya menyiapkan amunisi, untuk menyapa
dunia luar dengan ramai, dengan ceria, dengan menyenangkan.
Untuk para
introvert yang sedang berusaha menjadi orang yang lebih ramai, langkah-langkah
yang saya pakai ini mungkin bisa berguna:
1. Berusaha untuk terlihat / terdengar antusias. Kalau
biasanya saya hanya menanggapi sebuah kalimat dengan: “Oh, begitu ya? ehehehe...”
maka sekarang saya menggantinya dengan: “Oh begitu ya? Beneran, saya baru tahu
lho. Terus yang ini gimana?”
Ini akan
memancing lawan bicara untuk melanjutkan pembicaraannya supaya tidak terjadi
‘krik... krik...’
2. Menyapa dengan ‘ramai’. Dulu kalau
bertemu dengan orang yang tidak terlalu akrab, saya hanya akan: “Eh, halo. Apa
kabar?” kalau sekarang, saya akan menyapa dengan: “Eh, halo... lama yaaa nggak
ketemu. Kangen deh. Gimana kabarnya? Bapak dan Ibu gimana kabarnya?” Biasanya
sih, lawan bicara sesama introvert jadi akan sedikit ‘terbawa’ ramainya kita.
3. Bercerita tentang ‘siapa saya’. Tidak usah
terlalu mendetail juga, cukup yang bagian ‘luar-luar saja’. Ini akan membuat
kita tampak terbuka, tampak nyaman dengan lawan bicara.
4. Perbanyak wawasan. Banyak
membaca, nonton berita, atau apapun yang bisa membuat kita update. Ini membantu
sekali lho, biar kita selalu nyambung dalam setiap obrolan. Membuat kita
terlihat asyik dan enak diajak ngobrol.
5. Emm... apa lagi ya? Sementara
itu dulu sepertinya. Nanti kalau ada tips-tips yang lain akan saya tambahkan
lagi. Atau kalau ada tips lain dari teman-teman boleh lho menambahkan di kolom
komentar.
Jadi, kalau suatu saat kita bertemu dan saya sedang pendiam,
tolong jangan judge saya pada pertemuan pertama yaa :D karena percayalah, saya
bisa ramai pada pertemuan-pertemuan selanjutnya ^_^
Zaman aku masih kecil sampai SMU kelas 2 aku temasuk yang katanya sih pendiam alias kalem. Ya ga introvert banget jugaaaa. Tapi kadang suka mikir sih pas kita belum kenal orang, agak sungkan menyapa duluan. Tapi makin berumur aku jadi makin sering nyapa orang duluan, jadi makin banyak temen dan beberapa sahabat yang bisa saling curhat hehehe :)
BalasHapusMbaaaa...
BalasHapusMengapa baca ini seolah sedang menulis tentang diri saya ya hahaha.
Saya banget nih, terlahir introvert dan ditambah masa kecil dipingit (baca : dilarang keluar-keluar) oleh bapak.
Jadilah saya tumbuh besar jadi anak yang pendiam (jika gak ada yang dikenal), lebih suka menyendiri, gak suka basa basi dll.
Saya bisa berubah setelah lulus kuliah dan harus mencari kerja, mau ga mau saya harus bisa melawan sikap pendiam dan pemalu.
Pun setelah saya berjodoh dengan suami yang keluarganya KB (baca Keluarga besar, hahaha)
Mau ga mau saya harus melawan sifat saya untuk bisa masuk ke dalam keluarga besar suami.
Alhamdulillah, waktu memang menolong para introvert untuk gak melulu terlihat aneh dan sombong.
Meski sampai sekarang saya masih lebih suka ngendon di rumah, ga suka rumpi-rumpi ama tetangga dan kadang di rumah mertua, kalau udah bosan bercengkrama, saya memilih ngendon di kamar pura-pura nyusuin bayi hahaha
Meskipun demikian, kata temen-temen saya itu humoris, introvert yang humoris, yang kata temen-temen juga saya pemalu setelah kenal eh malu-maluin, kayak komen saya ini, panjang banget pede ceritain diri sendiri hahaha.
*peluk sesama introvert :D
Kalau di media sosian termasuk di blog sepertinya saya terlihat cerewet, sebetulnya saya termasuk introvert di dunia nyata. Memang lebih banyak diamnya kalau di dunia nyata :)
BalasHapusSaya introvert setelah tua Mbak..dulunya enggak. Cenderung meledak-ledak. Sekarang di saat emosi sudah stabil, lebih tenang bawaannya dan lebih diam...:)
BalasHapusTernyata bisa berubah gitu yaaa
Tak kenal maka tak sayang, ya. Semoga blog menjadi sarana untuk lebih komunikatif. Males juga kalau terlalu cerewet heheee.
BalasHapusMbbaaaaa aku juga kikuk klo ketemu sesama orang pendiem, misal istrinya omnya suami...secara udahlah aku pendiem, klo aku ketemunya yang sesepesies eh maksudnya yang kalem juga yang ada saling bingung, malah ada rasa ga 3nakeun, kayak aduh kok malah kek dicuekin padahal ya asline tau sana juga orange ga luwesan kayak aku. Hahah...lain halnya ketemu orang yang grapyak...nah ini aku baru semangat, paling ga aku ga kayak dicuekin dan banyak ditanya tanya malah akunya jadi kebawa hepi
BalasHapusaq kaya mba juga.. introvert tapi sudah byk memyesuaikan diri.. tapi tetep banyak yang ga diomonginnya meskipun sama kelg sendiri hehe
BalasHapusHehehe, saya juga bila di pertemuan awal-awal, cenderung mengamati dan jadi pendengar saja :)
BalasHapusbagus banget mba..
BalasHapussusu kental manis tidak baik