Translate

Selasa, 28 Agustus 2018

Tentang Sekolah VS Bakat Dan Minat



Beberapa waktu lalu saya mengobrol dengan Raki tentang minatnya di pelajaran tertentu dan pertanyaan kenapa dia harus mempelajari banyak hal di sekolah padahal sebenarnya hanya ingin belajar 1 hal saja.

Minatnya memang sudah tampak sangat menonjol sejak kecil. Begitu bersemangat ketika belajar tentangnya, dan sebaliknya, tampak begitu tertekan ketika harus belajar yang lainnya.
Sempat kepikiran juga sih akhirnya. Iya ya... untuk apa sih dia mempelajari hal-hal yang tidak sesuai dengan minatnya? Kenapa dia tidak fokus mempelajari apa yang dia sukai saja, supaya hasilnya lebih maksimal?
Ya tapi bagaimana, nggak mungkin juga mengharapkan sekolah merubah sistem hanya demi Raki seorang yekan...
Yang ada ya Raki yang harus menyesuaikan diri.

Lagi pula mempelajari banyak hal bukan sesuatu yang buruk juga sih. Saya bilang ke Raki bahwa dia tetap bisa fokus dengan pilihannya, tapi alangkah baiknya jika dia juga mempelajari hal lainnya juga.
Karena kelak, kita tak pernah tahu bidang apa yang akan menjadi pintu rezekinya. Bisa jadi apa yang dia sukai saat ini sebetulnya bukanlah pintu rezeki yang disediakan Allah untuknya.
Menyukai suatu hal bukan berarti lalu menutup mata terhadap hal yang lainnya, karena siapa tahu kan, hal lain itu justru bisa menjadi penunjang bakat dan minat yang sudah dimiliki.
Sebenarnya sih Raki tidak masalah jika harus mempelajari banyak hal di sekolah. Yang jadi masalah adalah: ketika kemudian dia tidak ‘pandai’ di salah satu bidang dan kemudian gurunya menganggap dia bukan termasuk anak yang pintar. Tanpa melihat kepintarannya di bidang yang lain. Gimana ya... itu rasanya... tidak adil.
Ya tapi itu dulu sih, hehe.... waktu dia masih SD. Sekarang masa-masa itu sudah berlalu, Alhamdulillah.
Sekarang saya tinggal mendorongnya untuk mulai ‘membuka diri’ terhadap banyak bidang lain yang diajarkan di sekolah. Karena siapa tahu kan jangan-jangan dia itu sebenarnya multitalenta. Jangan-jangan sebenarnya dia berbakat di bidang yang selama ini tak pernah disangka-sangka.
Semoga Raki (dan anak-anak lain yang memiliki problem yang sama dengannya) tetap semangat ke sekolah. Siap menghadapi dan mempelajari berbagai hal. Berhenti menganggap bahwa sekolah hanya membuat usianya terbuang percuma.
InsyaAllah tidak akan ada ilmu pengetahuan yang sia-sia.

3 komentar:

  1. betul , seperti aku ya tak menyangka aku bisa menulis padahal dulu lagi sekolah gak pernah namanya suka menulis, tapi mungkin ada bakat yang terpendam dan muncul setelah diasah

    BalasHapus
  2. Kalau temenku saat menyadari anaknya berbakat di satu bidang dia nggak memasukkan anaknya ke sekolah umum. Setelah lulus SD dia asah bakat anaknya dengan kursus ini itu dan home schooling. Sayangnya aku gak berani kalau seperti itu. Meskipun anakku ada minat di bidang tertentu biarlah dia belajar yg lain juga

    BalasHapus