Saya sedang
terbengong-bengong duduk di warung mungil sambil menanti pembeli, ketika
tiba-tiba ingatan melayang pada sebuah obrolan dengan adik saya, beberapa waktu
yang lalu.
Ketika itu,
adik bercerita tentang salah satu siswi di sekolah tempatnya mengajar, yang
datang ke sekolah dengan memakai eyeliner. Seorang guru menegurnya dan tahu apa
jawaban siswi tersebut?
“Ibu Guru
saja pakai eyeliner kenapa saya tidak boleh?”
Wow, saya
takjub mendengarnya.
Ya, itu pertanyaan
yang wajar sebetulnya sih. Pertanyaan kritis seorang remaja. Saya bahkan sempat
berpikir bahwa siswi ini mungkin adalah anak yang cerdas. Dan memang seseorang
yang cerdas itu seringkali membangkang kan? wkwkwk.
Tapi tetap
geleng-geleng kepala sih, mengingat masa-masa remaja saya dulu yang jika
mengalami hal itu, sudah pasti tidak akan berani menjawab guru seperti itu,
walau di hati sebenarnya ingin. Seandainya mengalami hal seperti itu, paling
kami hanya akan cengar-cengir dan buru-buru menghapus make up walaupun mungkin
besok diam-diam akan pakai lagi wkwkwk.... (btw, dulu saya dan teman-teman
perempuan sering bandel pakai lipstik nude tipis-tipis ke sekolah).
Geleng-geleng
kepala melihat sikap anak-anak sekarang yang sepertinya sudah kehilangan rasa
sungkan dan hormat terhadap yang lebih tua, apalagi guru. Berani membangkang
dengan terang-terangan bahkan terkesan menantang. Duh sedihnya... ini adalah PR
bagi kita para orang tua ya, untuk bisa mengembalikan sikap santun dan sopan
yang mendarah daging ke dalam jiwa raga anak-anak kita, supaya mereka tahu
bagaimana harus bersikap terhadap orang lain, terutama dengan orang yang lebih
tua.
.
.
Dan karena
warung masih sepi belum kunjung ada pembeli, pikiran saya kembali berkelana dan kemudian muncul pertanyaan seperti ini:
Kenapa
anak-anak dilarang berpenampilan ‘berbeda’ ke sekolah?
Ini kalau
menurut saya..... menurut saya lho ya, asal anak itu memiliki minat belajar
yang tinggi, tidak pernah membuat masalah, bisa bersikap santun terhadap semua
orang, dan memiliki empati yang tinggi terhadap sekitarnya, maka tidak apa-apa
kalau dia ingin berpenampilan ‘beda’. Karena sejatinya yang perlu ditanamkan ke
dalam diri anak-anak adalah hal-hal yang saya sebutkan di atas itu kan? Tidak
peduli dia ber-make up atau tidak, rambutnya dicat atau tidak, atau rambutnya
gondrong atau tidak (bagi anak laki-laki). Sekali lagi kalau menurut saya,
selama mereka bersih dan rapi, tidak apa-apa sih berpenampilan sedikit nyeleneh
dan nyentrik hehe......
Karena
sejatinya PR bagi kita adalah membentuk generasi-generasi yang tangguh, pekerja
keras, sekaligus santun dan berbudi pekerti.
Masalah
penampilan, biarlah mereka memilih sendiri mau berpenampilan seperti apa yang
sesuai dengan jiwa dan karakternya.
Saya pernah
melihat beberapa santri dari sebuah pondok pesantren yang berambut gondrong.
Namun mereka mengikat rambutnya dengan rapi ke belakang dan bersikap santun
terhadap semua orang. Yang begini saya jauh lebih respek sih, daripada anak-anak
yang rambutnya tidak gondrong tapi sikapnya acuh tidak peduli dengan
sekitarnya.
Masalah
penampilan kan masalah selera ya, tidak adil rasanya kalau seorang anak dijudge
tidak baik hanya karena seleranya yang berbeda.
Saya jadi
ingat dengan seorang sahabat saat SMP. Dia itu pandai sekali membuat rancangan
baju. Di bagian belakang buku pelajarannya bisa dipastikan ada gambar rancangan
bajunya. Selain itu dia juga pandai sekali menggambar manga. Jadi kalau dia
sudah mulai menggabungkan antara gambar manga dengan rancangan bajunya, kami
sahabat-sahabatnya hanya bisa berdecak iri mengagumi bakatnya ini.
Tapi dia
sangat kurang di pelajaran fisika. Saya ingat betul guru fisika kami
menganggapnya bodoh saat itu.
Ada satu
hal yang masih saya ingat sampai sekarang (tidak tahu dia masih ingat itu atau
tidak), dia suka sekali memakai gelang keroncong ke sekolah. Kami,
sahabat-sahabatnya, melihat dia pantas-pantas saja memakai itu karena dia kan
calon desainer, uhuk (di mata kami, wkwk).
Dan kami,
sahabat-sahabatnya, ikut merasakan sakitnya hati ketika dia tidak bisa
mengerjakan soal fisika (seperti biasa) dan guru fisika kami dengan sinisnya
berkata: “Tanganmu keberatan gelang sampai otakmu tidak bisa dipakai berfikir”.
Apakah ada
hubungannya antara gelang dan otak?
Sahabat
saya itu, bukan tipe murid yang nakal dan pembangkang. Dia pendiam, baik pada
semua orang, dan sopan terhadap guru. Tidak adil rasanya dia dijudge hanya
karena gelangnya. Seharusnya guru fisika kami berkata: “Kamu kurang belajar dan
berlatih di rumah makanya tidak bisa mengerjakan soal”. Seharusnya begitu kan ....
ah, sudahlah.
Rasanya
sekolah akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan bagi anak jika potensi
mereka dimengerti, digali, dan terus dimotivasi. Pribadi mereka dibentuk supaya
menjadi manusia-manusia berakhlak tinggi. Dan biarkan mereka bebas
berpenampilan sebagai bentuk kebebasan mereka dalam berekspresi. Kalau atmosfir
di sekolah sudah cukup menyenangkan pasti mereka juga akan lebih semangat kan
belajarnya?
Iya saya
tahu, jadi guru tidak semudah itu. Ada banyak guru dalam keluarga besar saya
sehingga saya tahu bahwa guru jaman sekarang memiliki beban yang jauh lebih
berat.
Jadi ini
adalah PR bagi kita semua, baik guru maupun orang tua, untuk tidak pernah lelah
membimbing anak-anak kita supaya mereka tumbuh menjadi manusia-manusia yang
luar biasa.
Tidak usah
terlalu mendikte penampilan mereka karena toh, saat memasuki dunia kerja,
mereka akan berpikir dengan sendirinya penampilan yang bagaimana yang baik bagi
mereka.
Terima
kasih sudah membaca
Mohon maaf
jika ada salah-salah kata, ini hanya pendapat pribadi saya saja ^_^
Mbaaa.. saya kepo, itu anak SMP atau SMA?
BalasHapusDi luar sikapnya yang keterlaluan berani pada yang lebih senior, saya rasa anak tsb bener adanya.
Justru mungkin dia berani dandan karena sering liat emaknya di rumah dandan dan gurunya juga dandan.
Thats mean gak ada larangan dandan kan? :D
Tapi bagi saya yang generasi tu eh senior hehehe, kurang setuju melihat anak-anak berpenampilan yang tidak wajar.
Bukannya apa-apa, kayaknya kurang cocok aja ama budaya kita dan membuat anak-anak lain jadi ikut-ikutan dandan yang pastinya butuh duit juga kan ya?
Saya rasa dengan seragam sudah jelas bahwa tujuannya adalah pemerataan.
Bahkan di sekolah-sekolah tertentu, anak-anak dilarang pakai perhiasan ke sekolah, hanya boleh jam tangan, itupun kadang dilarang pakai jam tangan kemahalan, takut hilang trus gurunya yang rempong disalahkan wkwkwk.
Dan guru juga seharusnya memberikan contoh berpakaian yang pantas, dan pastinya orang tua juga yang memegang peranan penting :)
Anak-anak sekarang lebih berani bertanya hingga bedebat, ya. :D
BalasHapusmantap artikelnya kak..
BalasHapuslowongan mayora