Judul : Dream
Action And Love. Setahun Hatiku Untuk Sumba Timur
Penulis : Ali
As’ari
Penerbit
: Revka Petra Media
Tebal : 304
halaman.
Buku
ini adalah kumpulan berbagai pengalaman nyata yang dialami oleh seorang guru
selama menjalani program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar,
Tertinggal (SM-3T) di Kabupaten Sumba Timur,
NTT.
Berbagai
kisah yang unik, lucu, dan mengharukan tersaji dengan apik dalam buku ini.
Adalah
Ali, seorang guru Penjaskesrek asal Surabaya yang merasa terpanggil untuk ikut
memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak di wilayah tertinggal, anak-anak
bangsa yang hidup di pedalaman Indonesia.
Ali
dan beberapa rekannya di tempatkan di SMP Negri 1 Rindi. Bertempat di Desa
Tanaraing, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur.
Dari
sinilah Ali memperoleh begitu banyak kisah yang terangkum dalam salah satu
episode kehidupannya.
Di
daerah tempat Ali mengajar, kebanyakan siswa terbelit masalah kehadiran di
sekolah. Alasan utamanya adalah jauhnya jarak dari rumah ke sekolah yang
mencapai 6 – 10 km. Anak-anak itu harus menempuh perjalanan dengan berjalan
kaki hingga 1 jam untuk bisa sampai di sekolah.
Alasan
lainnya adalah karena diajak oleh orang tua mereka melaut, mencari rumput, atau
menjaga hewan ternak.
Padahal
sebenarnya, anak-anak ini terlahir dengan bakat-bakat yang beraneka ragam.
Hanya saja kondisi masyarakat, pola hidup, dan keterbatasan fasilitas membuat
bakat-bakat tersebut menjadi terbengkalai.
Semangat
belajar tidak bisa tumbuh dan berkembang secara sempurna dalam kondisi serba
terbatas. Orang tua yang seharusnya menjadi motivator, seolah tidak peduli
terhadap pendidikan. Keadaan ekonomi yang mencekik membuat sekolah menjadi
prioritas yang kesekian.
Namun
ternyata di tengah pola pikir masyarakat yang demikian, Ali masih dapat
menemukan sosok yang memiliki pemikiran luas dan terbuka tentang pendidikan.
Dialah Pak Zakariah Nur. Seseorang yang pernah mendapatkan predikat Transmigran
Teladan di tahun 1997. Yang memiliki keyakinan kuat bahwa sesusah-susah dan
sekeras-kerasnya kehidupan, yang paling penting adalah pendidikan.
Sayangnya,
saya tidak bisa mengikuti kisah Pak Zakariah Nur secara utuh karena pada bagian
ini, ada satu halaman yang kosong yang terlewat dicetak. Halaman kosong
tersebut berada di halaman 61.
Cerita-cerita
Ali di buku ini tidak melulu tentang sekolah dan murid-muridnya. Ada banyak
kisah tentang persahabatan, persaudaraan, adat istiadat setempat, hingga kisah
cintanya yang dia temukan di sini.
Buku
ini seakan membuka mata saya lebih lebar untuk melihat dan memahami bahwa
ternyata di luar sana, masih banyak orang tua yang lebih peduli terhadap hewan
ternak dari pada pendidikan anak. Betapa kondisi dan kualitas pendidikan masih
terasa begitu jomplang antara kota
dan pedalaman.
Oh
ya, ada satu yang terasa mengganjal yaitu adanya salah ketik yang bagi saya
cukup mengganggu. Yaitu di halaman 141. Ada kalimat yang berbunyi: hanya
sesekali helaan nafas sangat dalam yang kudengar dari-Nya. ‘nya’ di sini bukan
ditujukan untuk Tuhan, melainkan untuk seorang murid bernama Mardia. Seharusnya
huruf ‘n’ nya menggunakan huruf kecil, bukan huruf besar.
Tapi
secara keseluruhan, saya suka buku ini. Karena membuat saya mengenal lebih
dekat mereka yang berada jauh disana, dengan berbagai keunikan dan ragam budaya
serta adat istiadatnya. Dan membuat saya melihat sebuah kenyataan tentang
pendidikan yang selama ini hampir luput dari perhatian saya.
Iso meresensi barang
BalasHapusIni kayak zaman Bapak Ibuki dulu, kalau ke sekolah harus jalan kaki sampai berkilo2. Kasihan, ya. Sampai sekolah pasti udah capek. Meski hanya satu km.
BalasHapusseru nih ceritanya.
BalasHapusasuransi rawat inap
Thanks for sharing these wonderful informations, its helpful to all. PLease visit site insta stalker
BalasHapus