Bagi
sebagian besar masyarakat Jawa, basa-basi itu sudah menjadi bagian dari
kehidupan ya? Pun saya yang lahir dan dibesarkan di tengah budaya dan kebiasaan
Jawa yang lumayan kental. Basa-basi seperti sudah menjadi makanan sehari-hari.
Nah,
yang ingin saya curhatkan di sini adalah tentang berbasa-basi saat menawari dan
ditawari makan ya temans.
Jadi sedari kecil, saya terbiasa melihat
orang-orang di sekeliling saya selalu penuh basa-basi saat sedang bertamu ke
rumah teman atau kerabat. Saat ditawari makan, biasanya akan menolak dulu
secara halus, berpura-pura masih kenyang, padahal sih sudah keroncongan,
hahaha...... setelah dipaksa-paksa oleh tuan rumah, barulah mau makan.
Nah,
masalah buat saya adalah: terkadang saya memang sedang tak ingin makan, tapi
sepertinya si tuan rumah menganggap saya hanya berbasa-basi saja, jadi saya
terus saja dipaksa makan, akhirnya demi menghormati si tuan rumah, saya makan
juga walau hanya sedikit.
Begitu
juga tentang kue-kue yang dihidangkan di meja tamu. Terkadang saya tidak
mengambil salah satu atau beberapa jenis kue karena memang tidak suka. Tapi si
tuan rumah tidak mau tahu, mungkin menganggap saya sungkan jadi beliau terus
saja memaksa saya memakan kue-kue yang belum saya icipi, terkadang sampai piring
kuenya disorong-sorongkan ke arah saya sehingga mau tidak mau saya harus
mengambil kuenya dan terpaksa memakannya. Hehe....
Sekarang
sih, saya sudah malas berbasa-basi. Hihi... tentu saja saya juga tidak akan
makan kalau memang belum ditawarkan. Tapi jika memang saya ingin makan, maka
saya akan makan pada tawaran pertama. Tidak perlulah menunggu sampai tuan rumah
memaksa-maksa dulu hehehe.
Begitupun
tentang kue-kue di meja tamu. Kalau tuan rumah memaksa saya memakan kue yang
tidak saya suka, maka saya akan berterus
terang kalau saya tidak suka. Untuk menunjukkan bahwa saya tetap menghargai si
tuan rumah, saya akan mengambil kue lain yang memang saya suka. Hfftt.... jujur
itu ternyata lebih nyaman ya....
Nah,
belajar dari situ, sekarang saya juga tidak lagi sering memaksa-maksa tamu
untuk memakan semua apa yang saya hidangkan. Biasanya saya hanya menawarkan 2
atau 3 kali saja. Setelah itu, kalau si tamu masih tidak mau memakannya, maka
saya akan menganggap bahwa tamu tersebut tidak suka, dan saya tidak lagi
menawarkan (apalagi sampai menyorong-nyorongkan piring kue ke arahnya. Itu
hanya akan membuat si tamu makan dengan terpaksa). Bagaimana jika ternyata si tamu bukannya tidak suka, tapi memang menunggu saya memaksanya dulu...? Ya.. kalau begitu sih, itu resiko tamunya, hihihi... ups..
Dan
saya merasa lebih santai sih jadinya, menjalin silaturahmi tanpa basa-basi.
Sekali lagi ini hanya tentang menawari dan ditawari makan ya temans, karena
dalam budaya Jawa ini basa-basi luas sekali konteksnya. Dan tidak bisa disama
ratakan. Bagaimanapun, sebagai orang Jawa, terkadang kami tetap membutuhkan
basa-basi juga dalam bergaul.
Nah,
kalau temans (khususnya yang Jawa tulen), biasanya saat bertamu dan ditawari
makan, maka temans akan makan pada tawaran yang keberapa?
saya terbiasa mengambil makanan pada tawaran pertama ketika bertamu atau segera menyeruput minuman. (ora ketang sithik).
BalasHapusKalau ada tamu yang tak menyentuh sekalipun minuman dan makanan yang sudah saya tawarkan, saya tidak merasa tersinggung. Ah, mungkin mereka sudah kenyang. Jadi, dibawa santai gitu.
Saya sungkan mba, makan dan minum di rumah orang, karena masa kecilnya sangat anak rumahan banget hahahaha
BalasHapusTapi kalau saya dipaksa makan, saya makan mba (sungkan jujur haha)
Yang paling menyiksa tuh kalau lebaran saya pulang ke rumah ortu.
Kan disuruh keliling tuh ke rumah sodara.
Masha Allah, perut mau meletus rasanya, leher eneg, gara2nya tiap rumah kita dipaksa makan dan ngemil serta minum
Udah gitu minumannya beragam, di sini teh, di sana soda, di situ teh kotak, pas pulang nyampe rumah kayak mabuk aja gitu hahaha