Translate

Kamis, 15 Maret 2018

Tentang Standar Bahagia



Kadang kita suka merasa yang paling tahu ya, tentang standar bahagia seseorang. Padahal sebenarnya sih tidak tahu... hanya merasa tahu.
Ih kasihan banget sih tuh orang duduk sendirian di pojokan, nggak ada yang nemenin ngobrol.

Padahal kita tidak tahu kan kalau mungkin orang itu justru sedang merasa nyaman-nyamannya duduk sendirian mojok mencari inspirasi? Kitanya saja yang sok tahu dan menganggap bahwa duduk sendirian di pojokan itu pasti kasihan.
Ibu saya pernah bercerita, suatu hari Ibu mengunjungi seseorang bersama seseorang, nah bingung kan wkwkwk....
Ya gampangnya, Ibu bersama A sedang berkunjung ke rumah seseorang.
Kemudian, tak dinyana tak disangka, tiba-tiba A berbisik kepada Ibu, “Wah kasihan sekali ya, punya anak gadis kok rumahnya kecil sempit begini. Bagaimana nanti jika ada pemuda yang hendak meminang anak gadisnya? Apa tidak malu menerima calon besan kalau kondisi rumahnya seperti ini?”
Rese sekali kan? A itu sok tahu kalau menurut saya.
Pertama, dia bilang kasihan karena rumahnya kecil dan sempit. Tapi mana kita tahu kalau di rumah yang kecil dan sempit itu ada kehangatan, cinta, canda, dan tawa yang berlimpah ruah sampai tumpah-tumpah?
Baca juga:

Langkah Saya Menuntun Anak Menjadi Manusia Yang Bahagia


Malah lebih kasihan dengan orang yang memiliki rumah besar dan luas tapi di dalamnya dingin, kosong, minim cinta. Ya kan?
Kedua, malu sama calon besan. Bagi saya ini sangat menggelikan sih. Lha kalau dari awal kita tidak menyembunyikan apapun, jujur apa adanya, dan calon besan mau menerima kita sebagai keluarganya, terus kenapa harus malu sih ya ampun... zzzz.. Yang penting jujur dari awal kan.
Jadi A terlalu berburuk sangka bahwa pemilik rumah itu pasti merasa tidak bahagia hanya karena rumahnya kecil dan sempit.
Hanya karena standar bahagia A berbeda dengan standar bahagia si pemilik rumah, bukan berarti si pemilik rumah tidak bahagia kan?
Standar bahagia yang berbeda bahkan bisa saja terjadi di tengah sebuah keluarga. Di antara orang-orang tercinta.
Saya sering melihat adanya perbedaan pendapat antara anak dan orang tua dalam menentukan langkah hidup si anak.
Ya, orang tua mana sih yang tidak ingin mengantarkan anaknya menuju ke kehidupan yang baik dan bahagia?
Hanya saja sering kali orang tua terlupa bahwa mungkin pandangan tentang bahagia sudah tidak lagi sama.
Alangkah indahnya jika kita belajar untuk memahami, memaklumi, dan melihat segala sesuatu bukan hanya dari sudut pandang kita saja.
Supaya tidak selalu nyinyir ketika melihat orang lain bahagia menurut versinya.
“Duh kasihan banget sih, sudah sekolah tinggi-tinggi eh mentoknya cuma jadi IRT”
Kenapa jadi IRT itu kasihan sih? Eta terangkanlah :)
“Duh kasihan banget sih, LDR-an. Istrinya kerja di Sabang, suaminya kerja di Merauke”
Mana kita tahu kalau sebenarnya mereka bahagia-bahagia saja menjalaninya? Justru yang membuat mereka sedih adalah orang-orang yang sok tahu yang selalu bilang kasihan-kasihan....
“Duh kasihan banget sih sudah berapa tahun menikah belum juga punya anak...”
Hey, kita tidak pernah tahu kan, jangan-jangan mereka sudah berencana untuk mengadopsi anak dari panti asuhan dan itu membuat mereka sangat bahagia dan bersemangat?
Hanya karena standar bahagia kita tidak sama dengan versi bahagia mereka, bukan berarti mereka tidak bahagia. Sudah itu saja sih, hehe.....
Dari pada sibuk mengkasihani mereka, mending doakan yang baik-baik saja. Itu pasti akan jauh lebih bermanfaat.
Karena standar bahagia setiap orang itu berbeda-beda. Tergantung bahagia menurut siapa..... ^_^
Selamat hari Kamis, terima kasih sudah membaca ^_^

5 komentar:

  1. Setuju Mbak, standard bahagia orang beda-beda.

    Bahagia menurut kita belum tentu bahagia menurut orang lain.

    Say No To Nyinyir hehehe

    Thanks for sharing Mbak Rita.
    Makasih juga udah mampir di blog saya (",)

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Setuju, standar bahagia orang beda-beda. Jadi kalau saya gak mau banding-bandingin ma yang lain :D

    BalasHapus
  4. Ya Alloh bru nemu blogmu mbaaaa
    Trus ketagihan takbaca2 label curhat konyol
    N postingannya ringan tp pnuh pesan moral, syuuukaaaaak
    Palagi yg ini

    Aku juga plg kzl klo diajak bisik2 ma seseorang lalu orang tsb nyatur orang lain lagi, dia bilang alhamdulilah koe mb wes ada anak, ketimbang kaya si A kasian ya blum punya momongan, heuuuu...(dlm hatiku)....duh puhliiis deh memange blum ada anak itu satu tujuan utama dari kebahagiaan setelah nikah...kan ga,,.
    Bener bgt....kita ga bole so tau nilai kondisi seseorang dan meributkannya dg kalimat sok prihatin...karena jatohnya akan sangat ngeselin ya mb hihi

    BalasHapus