Translate

Senin, 12 Maret 2018

Antara Pink Dan Perempuan



Sejak kecil, saya adalah penyuka pink. Entah ada hubungannya atau tidak dengan jenis kelamin, tapi yang saya tahu, orang-orang di sekeliling saya seperti sengaja mendeklarasikan pink sebagai warna perempuan.

Hingga beranjak remaja, image pink sebagai warna perempuan semakin melekat kuat dalam pemikiran saya.
Kalau ada teman laki-laki yang memakai atribut yang ada nuansa-nuansa pink-nya, langsung dicibir-cibir, “Iiiihhh. Masa cowok pake pink siihhh...” hahaha... betapa saya se-rese itu dulu.
Ketika sudah punya anak dan pemikiran mulai dewasa (((DEWASA))), saya lalu berpikir bahwa, kenapa ya hanya masalah warna saja harus dibeda-bedakan berdasarkan gender? Bagaimana kalau misalnya ada seorang pria yang suka dengan warna pink, apa kemudian dia harus menyembunyikan seleranya tersebut supaya tidak ditertawakan saya orang? Ya kan kasihaannn......
Bukankah akan lebih baik kalau semua warna itu milik semua orang? Tidak harus dikotak-kotakkan bahwa pink atau ungu adalah atribut perempuan sedangkan hitam atau biru adalah atribut laki-laki?
Lalu saya sok-sok-an bikin gebrakan dengan cara: membelikan kotak makan warna pink untuk Kak Raki kecil. Wakakaka.... duh kasihan... maafin Mama ya Kak... :D
Kemudian kotak makannya dibawa ke sekolah, dan pulangnya dia ngadu dong, “Ma, kata Miss, ‘kok kotak makannya pink?’ begitu...”
Tapi saya masih bertahan membawakan Kak Raki kotak bekal itu ke sekolah. Pikir saya, bukankah setiap gebrakan baru selalu  butuh perjuangan? Ya tapi saya lupa bahwa di sini yang berjuang bukan saya, tapi si Kakak, bahahaha.....
Tapi perjuangan itu tidak bertahan lama sih, karena pada akhirnya si Kakak terpengaruh juga dengan ‘aturan’ pemisahan warna berdasarkan gender yang dianut oleh masyarakat, dan bersikeras tidak mau lagi membawa kotak bekal pink-nya. Ya sudah sih, saya juga tidak memaksa. Hanya seringkali bertanya-tanya: dia tidak mau warna pink itu apa karena benar-benar tidak suka atau karena hanya terpengaruh lingkungan?. Karena kalau misalkan sebenarnya dia suka pink, tapi kemudian terjebak oleh ‘aturan’ yang mengatakan bahwa pink hanya milik perempuan... ya kan kasihan ya.. seleranya jadi terpenjara, duh.....
Dan tidak memiliki anak perempuan membuat saya harus mengucapkan salam perpisahan dengan segala pernak-pernik berwarna pink yang sebetulnya saya sangat suka. Huh, saya benci ‘aturan’ perbedaan dan pembagian warna ini.
Tapi saya segera merasa cerah ceria ketika keponakan perempuan saya lahir dan dia sukaaaaa dengan segala yang berwarna pink :D
Bahkan sekedar jajan pop ice atau susu kotak pun dia akan memilih warna pink. WOW sungguh keponakan yang sangat manis ^_^
Princess Pink, keponakan kesayangan.
Dan pada akhirnya ‘semua warna milik semua orang ‘ itu memang hanya ada dalam angan-angan saya saja. Siapa saya, berusaha merubah ‘tradisi’ yang sudah mengakar begitu kuat dalam masyarakat bahkan sebelum saya lahir? :P
Dan saya bersyukur karena terlahir perempuan. Dengan begitu saya tidak perlu menyembunyikan bahwa saya suka warna pink. Atau mungkin seandainya saya terlahir menjadi laki-laki, saya menjadi tidak suka pink, sehingga tidak perlu repot-repot menyembunyikannya?
Jadi sebenarnya antara pemilihan warna dan jenis kelamin ini memang ada hubungan psikologisnya atau bagaimana sih? Mungkin jika ada temans yang psikolog bisa menjelaskan ya, hehe.....
Duh, maafkan kalau postingan ini sangat tidak berfaedah ^_^
Selamat hari Selasa, terima kasih sudah membaca ^_^

10 komentar:

  1. Ada kali ya soalnya kalau laki2 dipakein pink itu agak gimana gitu. Nggak apa paka warna lain asal jangan pink deh wkwk

    BalasHapus
  2. Mungkin stereotype masyarakat yang sudah melekat bahwa pink itu warna cewek. Mungkin karena warnanya lebih cerah dan terkesan manis jadi lebih cocok untuk image perempuan mba. Padahal sah-sah aja sih cowok pakai warna pink :D

    BalasHapus
  3. Anak saya yang cewe tadinya juga Pink Lover.
    Segala sesuatu maunya warna pink.
    Mungkin karena dari awal saya sebagai Maminya selalu pilihin warna pink kali ya. Entahlah..
    Tapi lama2 kayaknya bosen juga dia.
    Sekarang udah mau warna apa aja.

    BalasHapus
  4. Aku suka putih. Aku rasa putih juga identik dengan wanita kalem... seperti aku hahahaha.....
    Pink juga suka sih.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Aku perempuan malah kurang suka warna pink mbak.. hahaha
    Tapi nama nya selera, ya mau gimana. wkwkkw

    BalasHapus
  7. Yah,, udah tradisi ya mbak, kalau pink untuk perempuan, padahal nggak ada aturan nya ya.. tapi sudah mengakar kuat di masyarakat sih. mau gimana lagi...

    BalasHapus
  8. Klo enaknya jadi cewe, semua warna bisa masuk (as standardisasi masarakat kita), even itu biru abu item...lah klo cowo ga ya (lagi2 berdasarkan standardisasi tadi)

    Hmmm dpbragan yang digagalkan oleh guru si kecil ndiri ya hahaaa
    Tapi ya gitu mb, seringkali anak memang masih sering terpengaruh lingkungan dg cepatnya walo kita ga tau sebenernya ketidaknyamanannya dengan warna yang cenderung feminin tadi apakah benar2 dari lubuk hati atau hanya terhalang stereotype tadi

    BalasHapus
  9. ayo buruan coba klik DISINI banyak yang menarik loh

    BalasHapus