Translate

Kamis, 02 November 2017

Kejadian Pagi Ini



Tadi pagi seperti biasa, saya menemani Rafka menyeberang jalan untuk berangkat ke sekolah. Hanya menyeberangkan saja, dan dia akan berangkat sendiri lewat pinggir jalan raya (jangan bayangkan jalan raya yang besar ya, ini hanya jalan raya kecamatan yang kecil).

Seperti biasa juga, setelah sampai di seberang jalan, dia akan menengok ke arah saya sambil dadah-dadah. Pokoknya semua berjalan seperti biasa.
Yang tidak biasa adalah: beberapa meter dari kami, ada sebuah motor yang dikendarai oleh dua orang anak SMK (berboncengan) berjalan begitu ngebutnya dan menyenggol sebuah keranjang yang di pasang pada sebuah motor (perasaan saya terlalu banyak menyebut kata ‘sebuah’ di alinea ini ya?).
Mungkin ini tidak terlalu bermasalah jika motor yang menyenggol itu berjalan dalam batas kewajaran. Tapi karena terlalu ngebut, maka setelah menyenggol, motor tersebut lalu kehilangan keseimbangan dan oleng dan lalu mereka bertiga (motor dan 2 penumpangnya) terlempar ke (untungnya) sebuah gundukan pasir di pinggir jalan.
Dan gundukan pasir itu posisinya tepat di depan Rafka. Yang mana dalam beberapa langkah lagi Rafka akan melewati gundukan pasir itu untuk menuju ke sekolah.
Bisa dibayangkan dong betapa gemetar dan deg-degannya saya membayangkan seandainya saja Rafka sudah sampai di gundukan pasir itu tentu dia akan mengalami dampak dari kecelakaan tersebut.
Dan melihat kecelakaan tepat di depan matanya, Rafka tampak shock. Diam, lalu menoleh ke arah saya yang posisinya masih di seberang jalan. Saya tersenyum menenangkannya dan segera menyebrang ke arahnya. Menggandeng tangannya dan mengantarkannya sampai ke dekat sekolahan.
Dua anak yang ngebut itu saya lihat tidak mengalami luka yang serius karena jatuhnya tepat di atas gundukan pasir. Melihat dari seragamnya, mereka bersekolah di sebuah SMK di kota, yang mana kalau jam segini posisi mereka masih di sini, itu berarti mereka akan terlambat tiba di sekolah. Mungkin itu sebabnya mereka memacu motor dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Ingin rasanya berkata pada mereka, ‘dek... besok-besok kalau berangkat sekolah tuh agak pagian dikit napa, jadi gak usah kebut-kebutan di jalan raya’, tapi sepertinya tidak ber-empati sekali ya kalau saya mengatakan itu di saat kondisi mereka sedang begini. Jadi ya sudahlah saya diam saja.
Karena saya lihat mereka baik-baik saja, dan salah satu dari mereka sudah menghubungi seseorang (mungkin keluarganya) melalui ponselnya, ya sudah saya tinggalkan saja mereka berdua di pinggir jalan. Beberapa warga yang menolong juga mulai meneruskan kembali aktivitas masing-masing dengan meninggalkan dua botol air mineral supaya keduanya bisa beristirahat sambil menunggu kedatangan keluarganya.
Saya pulang sambil tak henti mengucap syukur karena Rafka terhindar dari kecelakaan itu. Karena jika Rafka berjalan beberapa langkah lagi dan tiba di gundukan pasir tepat pada saat kejadian itu, maka kemungkinan dia akan tertimpa motor atau minimal tubuh anak-anak SMK itu.
Semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan pada kita semua, anak-anak kita, dan seluruh keluarga kita ya temans :)
#Masih deg-degan

5 komentar:

  1. aamiin. Smeoga kita semua selalu dilindungi oleh Nya

    BalasHapus
  2. Maka penting sebagai orangtua untuk berdoa terus-menerus agar anak-anak dikaruniai keselamatan ya, Mbak.

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah mba..rafka nggak kenapa napa..
    Kmrn pas dr antar anak ke dokter..aku liat kecelakaan juga mb..motor vs motor. Untung aku bbrp meter di depan mereka..

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah anaknya masih dilindungi , itulah yang namanya musibah kita nggak bisa menduga yang bisa kita lakukan hati-hati dan berdoa.

    BalasHapus
  5. aaamiiin aaamiiiin
    semoga dalam lindungan Allah ya tante

    BalasHapus