Kemarin
habis nonton Youtube tentang seorang ibu yang memberikan hadiah mobil kepada
anaknya, yang langsung banjir ribuan komentar yang rata-rata intinya adalah:
“Kamu beruntung sekali punya ibu seperti itu... memberikan hadiah mobil
untukmu....”
Ya. siapa
sih yang tidak iri melihat tayangan seperti itu. Saya saja iri kok, hahaha....
tapi kalau saya irinya ke ibunya, ‘Duh, kapan ya bisa beliin mobil pribadi buat
anak, kayak dia itu...” Begitu,
hehehe.....
Ya... itu
manusiawi ya, wajar saja sih menurut saya. Bohonglah kalau nonton tayangan
seperti itu dan tidak terbersit rasa iri di hati walau Cuma sedikit seuprit.
Tapi saya
lalu merasa terganggu ketika ada beberapa anak yang kemudian
membanding-bandingkan kehidupannya dengan kehidupan si youtuber. Dan parahnya
lagi, membandingkan ibunya dengan ibu si youtuber. Hanya karena ibu si youtuber
memberikan hadiah mobil, dan ibunya tidak.
Seolah-olah
kasih sayang yang tercurah selama ini tidak lagi berarti.
Di warung
mungil saya, ada seorang kakek yang rajin sekali membeli permen untuk cucunya.
Bahkan saat
cucunya sedang tidak ikut bersamanya pun, dia tetap mampir ke warung saya untuk
membeli permen. “Untuk cucu saya...” Katanya, memberi penjelasan, meskipun saya
sudah tahu.
Harga
permennya sangat murah, tapi mampu menyelusupkan kehangatan di hati saya.
Permen yang harganya Cuma beberapa ribu rupiah itu membawa cinta yang tak
terhingga dari seorang kakek untuk cucunya.
Harga
permen dan harga mobil seperti yang terkisah di atas tentu tidak bisa dibandingkan.
Tapi jika benar-benar dirasa, bukankah keduanya memiliki kandungan cinta yang
sama?
Kebetulan
yang satu memiliki uang yang melimpah ruah sampai tumpah-tumpah sehingga mampu
mewujudkan cintanya dengan sebentuk mobil mewah.
Sedangkan
yang satu hanya mampu mewujudkan cinta dengan beberapa butir permen warna-warni
kesukaan cucunya.
Tapi
percayalah, yang menerima permen, dan yang menerima mobil, sama beruntungnya
(kenapa di bagian ini saya merasa agak munafik ya, hahaha...).
Yah
intinya, jangan membandingkan cinta yang kalian dapat hanya dengan melihat dari
barang yang kalian terima. Karena terkadang cinta yang setulus-tulusnya itu
justru tak kasat mata.
Baca juga:Setulusnya Cinta
Saat mereka
yang mencintai kalian belum bisa memberikan apa yang kalian harapkan, bukan
berarti cinta mereka untukmu berkurang. Cinta mereka tetap utuh. Tulus. Tak
terhingga.
Dan saat
mereka yang mencintai kalian belum bisa memberikan materi yang melimpah,
yakinlah bahwa cinta mereka untuk kalian akan selalu melimpah ruah sampai
tumpah-tumpah.
Membandingkan diri sendiri dengan orang lain apalagi sifatnya materi nggak akan ada habisnya. Yang ada malah jadi nggak bersyukur ya mbak. Padahal hal-hal kecil yang dilakukan orang tua kita itu juga bentuk kasih sayang yang besar.
BalasHapus