Kemarin
malam sempat agak kaget ketika sebelum tidur, tiba-tiba saja Rafka mencurahkan
isi hatinya panjang lebar.
“Ma,
sekarang Kakak susah ya diajak main... nggak kayak dulu.”
“Ya,
soalnya kan Kakak sudah besar.....”
“Makanya
itu, aku sedih.....”
Lalu
Rafka mulai bercerita panjang lebar tentang berbagai kenangan saat Kakak masih
mau diajak main.
“Dulu
pernah main jualan buah-buahan. Aku agak males. Tapi Kakak semangat,
teriak-teriak ‘Buaah... buaah... siapa
mau beli buah...’ gitu. Jadinya bikin aku jadi semangat main...”
Dan
banyak lagi kenangannya yang lain bersama Kakak main mobil-mobilan,
tabrak-tabrakan mobil, perang-perangan... duh kalau diceritain semua panjang
banget deh. Saya saja sampai takjub, kok dia bisa ingat semua itu... sampai
sedetail itu.
Lalu
terikut melow saat dia bilang kangen Kakak yang dulu, untuk kesekian kalinya.
Akhirnya
Cuma bisa bilang “Ya sudah, kalau Kakak lagi nggak mau diajak main, Rafka ajak
main Mama aja...”
Dan lalu
teringat kalau seringnya saya pun suka bilang: “Duuuh..... main sendiri aja
sana, Dek. Mama kan lagi sibuk ini...” *dan kemudian pengen mewek
:’(
Ya habis
gimana ya... Kakak sudah memasuki usia remaja, yang mana mungkin sudah merasa
bahwa bermain-main sudah bukan lagi dunianya, sementara Rafka masih sangat
nyaman berada dalam dunia bermain, dan kemudian menyadari bahwa dia hanya
tinggal sendiri. Karena Kakak sudah meninggalkannya, keluar dari dunia bermain
mereka.
Paling-paling
kemudian saya hanya meminta Kakak untuk sekali-sekali kembali menjadi anak kecil dan mengunjungi Rafka di dunia bermain.
Menemaninya seperti dulu meskipun tidak selama dulu.
Dan
memberikan pengertian juga ke Rafka bahwa Kakak mungkin tetap akan menemaninya
bermain, tapi tidak bisa selama dulu.
Karena
Kakak sudah mau jadi orang dewasa, jadi harus banyak belajar, banyak bantuin
Mama....
Saya
tekankan juga bahwa suatu saat nanti Rafka juga akan menjadi anak besar seperti Kakak dan pasti akan
bosan juga bermain-main. Dengan begini saya harap Rafka akan bisa memahami
bahwa Kakak memang sudah tidak bisa lagi sering-sering menemaninya main.
Saya
bilang juga, dulu Kakak waktu masih kecil juga seringnya main sendiri, karena
Rafka kan belum lahir. Dan ketika Rafka sudah lahir pun masih terlalu kecil
untuk diajak bermain.
Ketika
saya bicara begitu, Rafka hanya senyam-senyum saja sambil bilang.. “Oh, iya ya...”
Saya juga
menekankan ke Rafka, bahwa meskipun Kakak sudah tidak bisa lagi sering-sering
menemaninya bermain, tapi Kakak tetap akan ada untuk Rafka. Menemani belajar,
atau membantu membuat PR.
Fiuuhh....
agak sedih memang ^_^ tapi ya memang semua anak, semua manusia itu punya episodenya
masing-masing yekan.
Dan berharap
mudah-mudahan Rafka bisa lebih legowo
ketika harus bermain sendiri tanpa Kakak. Jadi mengingatkan saya juga sih,
untuk lebih banyak meluangkan waktu menemani Rafka bermain, hehe.....
Mba aku kalau lihat dan baca seputar Kaka dan adik selalu pengen tambah anak hehehe. Karena asik banget bisa ajarin ke anak tentang artinya saling menyayangi antara kakak dan adik
BalasHapusBaru satu ya? Ayo nambah.. nambah...😁
HapusSama Mbak..di rumah yang gede dah kelas 7, adiknya kelas 3..dah beda mainannya..
BalasHapusJadi adiknya curhat, kok Mas enggak mau lagi diajak main ini itu huhuhu..
Ternyata kalau jauh jaraknya ada enggak enaknya juga..Jadi beda usia beda masa mainnya
Betul mba... jadinya emaknya deh yg nemenin main hihihi
BalasHapusJadi inget waktu Keke masuk masa puber. Nai jadi sedih karena kakaknya mulai gak mau main sama dia. Udah gitu kakaknya mulai suka marah-marah ayak gak mau diganggu. Tapi sekarang udah akur lagi. Kakaknya udah usil lagi ke adeknya :D
BalasHapusketika anak beranjak dewasa waktu jadi tidak terasa
BalasHapusklasemen liga spanyol