Kenapa
sebuah atau beberapa prioritas bisa berubah? Yang pada awalnya kita sampai rela
mengesampingkan berbagai hal demi sebuah prioritas, lalu tiba-tiba saja
prioritas itu jadi terasa tidak penting lagi. Dikalahkan oleh sebuah atau
beberapa prioritas baru.
Sebenarnya
sih mungkin prioritas itu tidak berubah dengan tiba-tiba ya, pasti ada proses
yang melatar belakanginya. Biasanya dengan adanya berbagai macam hal yang telah
dilalui dalam kehidupan membuat seseorang merubah satu atau beberapa
prioritasnya, disadari atau tidak.
Saya
juga mengalaminya, entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba saja apa yang dulu
pernah saya dambakan menjadi tidak lagi saya inginkan.
Ya,
perjalanan kehidupan hingga kini sudah menjadi seorang ibu telah merubah
berbagai keinginan, prioritas, dan pemikiran saya.
Ketika
belum memiliki anak, saya pernah berniat untuk menabung dan kalau nanti uangnya
sudah cukup, saya ingin plesir ke
berbagai tempat wisata yang ada di seluruh dunia. Saya ingin keliling dunia.
Ketika
sudah memiliki 2 orang anak, tiba-tiba saja keliling dunia menjadi tidak
penting lagi. Saya mulai berpikir bahwa menabung untuk biaya sekolah atau
berobat adalah jauh lebih penting. Ya, prioritas saya berubah. Dari keliling dunia
menjadi tabungan pendidikan dan kesehatan anak.
Dulu,
saya mati-matian ingin terlihat cantik. Saya sampai rela irit makan demi bisa
membeli skincare yang bagus atau make up yang mahal. Setelah melewati bermacam
suka duka dalam hidup, saya lalu menyadari bahwa terlihat cantik bagi saya
sudah tidak penting lagi. Prioritas saya berubah dari ingin terlihat cantik
menjadi ingin sehat dan senantiasa bahagia. Ritual-ritual cantik secara tidak
sadar bergeser menjadi ritual-ritual sehat. Saya juga semakin giat menanamkan
nilai-nilai ketulusan pada diri anak-anak supaya mereka tumbuh menjadi
pribadi-pribadi yang bahagia.
Lebih
menyenangkan mana, memiliki prioritas-prioritas yang dulu, atau yang sekarang?
Ya
kalau boleh jujur sejujur-jujurnya, bagi saya awalnya tentu lebih menyenangkan
memiliki prioritas yang dulu ya hehe..... di mana tujuan hidup murni hanya
untuk menyenangkan diri sendiri.
Tapi
seiring waktu berjalan dan usia bertambah, saya semakin menyadari bahwa
kebahagiaan saya adalah bersama anak-anak.
Saya
pernah bertanya kepada diri sendiri, jika seandainya saya tetap berada di
prioritas keliling dunia misalnya, dan tabungan saya sudah cukup untuk itu,
mampukah saya benar-benar pergi keliling dunia meninggalkan anak-anak? Dan
ternyata jawabannya adalah tidak. Jadi ternyata prioritas yang itu sudah tidak
lagi menyenangkan untuk saya (ya kecuali kalau budgetnya cukup untuk pergi
bersama-sama ya. Itu lain cerita tentu saja).
Jadi
untuk sekarang, saya lebih senang melepaskan prioritas keliling dunia dan
menggantinya dengan prioritas tabungan pendidikan dan kesehatan anak. Karena
saya bahagia ketika anak-anak sehat dan mendapatkan pendidikan yang semestinya.
Kalau
temans, adakah prioritas yang berubah?
Berubahnya prioritas bukan merupakan kegagalan, tapi keputusan logis seiring dengan berjalannya waktu yg banyak hal baru terjadi ya, Mbak..
BalasHapusBerubah ke yang lebih baik, setuju
BalasHapusMbak.
Saat ini gak ada perubahan, mb. Kalau saya tetap prioritas utama anak. Pengen jadi ibu yg lebih baik dan nabung yang banyak buat pnedidikn anak :)
BalasHapusiya ya Tante
BalasHapussemakin banyak pengalaman , prioritasnya bisa berubah ya
Sama mba..
BalasHapusKadang ambisi2 kita sudah melebur..bukan untuk "saya" tapi untuk "mereka"..
Andaikan di depanku ada pilihan tiket gratis untuk ke australi untuk 1 orang, buat liburan dan 4 tiket jalan2 ke Semarang (yang cuma 4 jam perjalanan) untuk 1 keluarga... Aku milih ke Semarang aja. Asal bareng2..
nanti klo anaknya sudah pada besar2 baru keliling dunianya mba :p
BalasHapussemanggat...
BalasHapuscara menjadi member Sophie Paris