Sepertinya
lebay sekali ya judulnya? Saya juga mikirnya begitu sik, hihihi.....
Iya.
Dulu, saya memang pernah merasakan masa-masa itu. Di mana bagi saya buku
rasanya sudah seperti kebutuhan pokok saja. Kalau belum baca buku rasanya
seperti belum makan, hihi... bahkan kalau sedang tidak punya uang untuk beli
buku baru, buku lama pun akan saya lahap kembali.
Temans
jangan kemudian berfikir bahwa otak saya lantas menjadi cerdas dan kritis ya...
karena buku yang saya maksud adalah, mmm... novel. Iya, buku cerita. Bukannya
buku-buku motivasi atau pengembangan diri semacam itu, hehe.....
Dan
karena buku-buku novel itu juga, hampir setiap hari saya kena omel orang tua,
karena kalau sudah baca novel, saya pasti akan mengesampingkan buku pelajaran. Buku pelajaran? Siapa ituh...?
Pernah
saking kesalnya, Ibu sampai mengancam akan membakar novel-novel saya kalau saya
masih saja tidak bisa membagi waktu antara novel dan buku pelajaran hihi....
Saya
juga berulang kali kena tegur Bapak karena makan sambil membaca. Benar, ketika
itu saya seperti kecanduan membaca novel. Bahkan ketika saya harus makan tanpa
membaca, tiba-tiba saja rasa makanannya jadi terasa kurang sedap. Iya, saya
separah itu. Dulu...
Ketika
menikah dan pindah rumah, entah bagaimana ancaman yang pernah dilontarkan oleh
Ibu tentang akan membakar novel-novel itu terus saja mengganggu pikiran. Lah,
padahal sih Ibu juga sudah tidak memusingkan lagi saya mau baca novel atau
tidak, lha wong saya sudah tidak sekolah, hihihi.....
Tapi
ancaman itu terus terngiang-ngiang di otak saya (ini normak gak sih?) dan
membuat saya memboyong semua novel saya ikut pindah bersama saya (yang akhirnya
hanya menjadi penghuni gudang karena rumah saya tidak sebesar rumah orang tua).
Pada
akhirnya sih, novel-novel itu banyak yang hilang karena saya beberapa kali
pindah rumah. Ketika masih bersemayam (((BERSEMAYAM))) di rumah orang tua saya
pun sebenarnya sudah banyak yang hilang karena dipinjam teman-teman atau
saudara dan tidak kembali, Hiks........
Sekarang,
kegemaran membaca novel sudah mulai menyurut. Karena sekarang saya kan harus
mengurus keluarga. Dan rasanya sudah tidak ada tenaga yang tersisa untuk
sekedar membaca. Dan lagi anak sulung saya, Raki, sepertinya mewarisi hobi membaca
saya, jadi tentunya saya lebih memprioritaskan membeli buku-buku Raki dari pada
buku-buku saya.
Tetep
sih, saya masih membeli beberapa novel untuk sekedar me time. Tapi sudah tidak kecanduan lagi seperti dulu. Dan sekarang
saya mulai merambah ke buku-buku non fiksi semacam cerita perjalanan,
pengembangan diri, dan motivasi.
Kalau
temas masih belum bosan, boleh ya saya cerita-cerita tentang awal mula
ketertarikan saya membaca. Kalau sudah bosan, bolehlah di skip.... tapi besok
balik lagi ya, hihihi.....
Saya
mulai mengenal huruf ketika duduk di kelas 1 SD. Waktu itu masih ini Budi ini
Ibu Budi ya, hehe......
Mungkin
dengan tujuan supaya saya lebih lancar membaca, Ibu lalu berlangganan beberapa
majalah anak-anak untuk saya. Nah, dari situlah sepertinya saya menjadi
kecanduan membaca (ingat ya, non pelajaran sekolah).
Kegemaran
membaca majalah itu mulai merambah ke novel saat kelas 6 SD. Ketika itu novel
pertama yang saya baca adalah Lupus, pinjam
dari teman. Suka dengan Lupus, saya mulai menahan diri untuk tidak jajan demi
mengumpulkan uang untuk bisa membeli novel sendiri. Selain Lupus, saya juga
mulai mengkoleksi serial lainnya yang masih berhubungan dengan Lupus seperti Lulu, Olga, dan Vanya. Oh ya,
ada juga Lupus Kecil dan Lupus ABG. Penulis idola pertama saya
adalah Hilman Hariwijaya.
Serial Lupus dan kawan-kawannya |
Idola
saya bertambah ketika Hilman berduet dengan Zara Zettira ZR menulis Rasta & Bella. Wah, saya suka
banget waktu itu. Saya baca berulang-ulang sampai hapal setiap bagian dan
kalimatnya. Saya juga mulai mengkoleksi beberapa novel Zara Zettira.
Duet Hilman-Zara Zettira |
Duet Hilman-Boim |
Oh
ya, di saat yang sama saya juga mulai menyukai novel terjemahan karya Enid
Blyton, dan mengoleksi juga. Idola saya bertambah lagi satu.
Beberapa koleksi Enid Blyton |
Saya juga membaca Trio Detektif - Alfred Hitchcock. Tapi entah bagaimana, saya tidak bisa terlalu menikmatinya. Saya lebih suka gaya bercerita Enid Blyton yang lebih sederhana dan menyenangkan. |
Menginjak
kelas 2 SMP, saya mulai mengenal komik-komik Jepang. Dikenalkan oleh sahabat saya
yang pecinta komik Jepang. Tapi ini hanya untuk selingan saja sih, karena saya
tetap lebih suka novel.
Saat
itu saya juga mulai mengenal penulis-penulis lain selain Hilman dkk dan Enid
Blyton.
Ada
novel yang sangat saya suka di masa SMP, Girl
Talk.
Novel
ini bercerita tentang persahabatan 4 orang gadis remaja kelas 1 SMP dengan
segala kisah keseharian dan dinamika di masa ABG. Dan noraknya, saya dan 3
orang sahabat saya memposisikan diri sebagai 4 gadis di novel itu. Kami bahkan
memakai nama panggilan gadis-gadis itu sebagai nama panggilan kami berempat,
hahaha...............
Girl Talk yang warnanya pink semua itu ya... |
Lalu,
saya mulai mengenal R.L. Stine, karena saya mulai menggemari serial Goosebumps dan Fear Street. Segera R.L. Stine menjadi idola baru saya. Dan membuat
saya sering kali bertanya-tanya, bagaimana otaknya bisa memproduksi begitu
banyak cerita misteri dengan begitu apik? Dia bisa berkhayal melampaui batas
dan logika, dan kemudian mengemasnya menjadi sebuah cerita yang apik. Yah kalau
menurut saya sih, tidak kalah dengan JK Rowling.
Fear Street |
Ini adalah serial Fear Street yang terfavorit. Menceritakan bagaimana awal mula terjadinya kutukan di Fear Street. Menurut saya ini sangat keren, karena cerita di mulai di tahun 1600-an. |
Semakin
dewasa, saya mulai membaca beberapa novel bertema percintaan, dan mengkoleksi
serial Harlequin. Itu adalah serial
terakhir yang saya koleksi sebelum menikah. Tapi tetep ya, selain membeli
Harlequin, saya juga selalu membeli Goosebumps atau Fear Street.
Harlequin |
Setelah
menikah, saya punya idola baru, Sophie Kinsella. Menurut saya, gaya
berceritanya asyik dan menyenangkan. Entah bagaimana saya merasa gembira saja
setiap membaca kisah-kisah yang disuguhkannya. Saya pun mulai mengoleksi
buku-bukunya. Sayangnya, ada beberapa yang hilang. Mungkin karena beberapa kali
berpindah rumah jadi terselip di sana sini.
Ini beberapa novel yang sempat saya koleksi setelah menikah. Ada bukunya Shopie Kinsella juga tapi hanya ada 3 buah. |
Semakin
kesini, saya mulai menyukai buku-buku nonfiksi. Saya menyukai buku-buku tentang
motivasi bisnis, dan buku tentang perjalanan.
Buku NonFiksi |
Oh
ya, saya juga mulai memupuk minat baca ke anak-anak sedari dini. Tapi
sepertinya hanya Raki yang minat bacanya tampak tinggi.
Buku pertama Raki. Terbuat dari kain ^_^ |
Ketika minat membacanya sudah terlihat, saya mulai membelikannya buku-buku dengan tema yang lebih 'berat'. |
Dia
selalu membaca untuk membunuh rasa jenuh dan bosan. Pernah suatu hari kami
mengajaknya mengunjungi kerabat yang tidak terlalu akrab. Bila sudah begini
biasanya dia akan jenuh lalu membaca buku. Sayangnya saat itu bukunya tidak
dibawa. Dan, Raki lalu pergi ke tukang mainan, dan membeli buku-buku ini,
hahaha....
Buku seribuan, beli di tukang mainan ^_^ |
Ini
sangat murah, hanya seribu rupiah satunya. Yah lumayanlah ya Kak, bisa buat
baca-baca hihihi.......
Kalau
adiknya, Rafka, minat bacanya tidak terlalu tinggi. Tapi beberapa saat yang
lalu dia meminta sebuah buku yang dilihatnya di beranda FB saya, lalu katanya
minta dibelikan. Ya sudah, saya belikan dan ternyata dia suka. Mudah-mudahan
sih ini adalah awal dari kegemarannya membaca.
Buku permintaan Rafka ^_^ |
wah banyak koleksinya, aku dulu modal pinjam komik2, ada juga seh orangtua langganan majalah ananda biar anaknya rajin baca, sekarang kayanya majalahnya udah nggak ada lagi
BalasHapusdulu saya juga langganan ananda. tapi karena semakin lama semakin menumpuk sepertinya sih dikiloin sama ortu saya hihihi.... btw masih ada gak ya majalah itu sekarang? kalo masih saya pengen langganan lagi buat anak2 :)
HapusTerimakasih sudah mengikuti GA Kisah Antara Aku dan Buku. Nantikan pengumuman pemenangnya di tanggal 15 Nopember 2016.
BalasHapusSalam,
Izzah Annisa
keren koleksinya mba.
BalasHapuskeuntungan member Sophie Paris