Translate

Jumat, 26 April 2019

Tentang Ego Kita, Dan Kebahagiaan Anak


Jadi ceritanya, kemarin kami habis belanja beberapa kaos rumah buat anak-anak karena kaos-kaos rumah mereka yang untuk sehari-hari sudah jelek dan sempit.

Saat beli kaos buat si Kakak lancar-lancar saja karena kebetulan selera si Kakak dengan papanya sama, yaitu warna-warna gelap. Hitam, biru tua, cokelat tua, abu-abu tua, pokoknya yang tua-tua, hihihi.....
Sedangkan Rafka, karena masih kecil juga, sukanya barang-barang yang ada gambar-gambar karakter kesukaannya, termasuk kaos yang ingin kami beli kemarin. Dan kaos-kaos bergambar semacam itu rata-rata pasti full colour lah ya...
Nah masalahnya, papanya anak-anak tuh suka terlalu ikut campur dalam memilihkan apa yang sedang dipilih oleh anak-anak.
Kemarin ketika Rafka langsung tertarik dengan salah satu kaos berwarna-warni bergambar karakter yang sedang disukainya saat ini, si Papa langsung berkomentar, “Rafka masa mau yang itu? kayak anak kecil ah. Rafka kan udah gede..”
Saya tahu Rafka sebenarnya kecewa. Tapi dia menyembunyikannya dengan mengatakan bahwa kaos-kaos pilihan papanya yang berwarna gelap bagus dan dia lebih suka kaos pilihan papanya.
Karena tidak tahan, saya tanyakan langsung ke Rafka, “Kamu sebenarnya kepingin kaos itu kan?” kata saya sambil menunjuk kaos yang pertama kali menarik perhatiannya.
“Ya enggaklah....” itu jawaban Rafka sambil tersenyum-senyum. “Dedek kan udah gede masa pakai kaos begitu... Mama nih...”
Sebenarnya dalam hati saya masih ragu kalau Rafka benar-benar tidak kepingin kaos itu. Tapi karena ketika saya tegaskan dia mengatakan tidak, ya sudah, saya tidak bertanya-tanya lagi.

Dan, ketika sudah dalam perjalanan menuju pulang... pertahananya runtuh. Dia bisik-bisik ke saya, “Mama, nanti kapan-kapan kalau kita pergi lagi, belikan Dedek kaos yang tadi ya?”
Tuuh kaaannnn.... dia sebenarnya kepingin.
“Kenapa tadi Mama tanya kamu bilang nggak mau?”
“Ya soalnya Papa pasti nggak boleh”

Di titik itu saya merasa sangat geregetan dengan papanya anak-anak.

Ya sebenarnya si Papa nggak salah juga sih, dia cuma ingin anak-anaknya terlihat modis dan keren. Dia tidak suka melihat anak-anaknya memakai baju gonjreng berwarna-warni. Ya mungkin karena kedua anak kami laki-laki ya.
Letak kesalahannya adalah, terkadang dia terlalu memaksakan kehendak. Raki saja yang satu selera dengannya kadang jadi membeli sesuatu yang tidak sesuai keinginannya karena papanya terlalu ikut campur dalam memilihkan barang.
Saya rasa sekaranglah saatnya harus berbicara dari hati ke hati dengan si Papa. Karena kemarin itu benar-benar sudah mengorbankan perasaan Rafka demi ego kami melihat anak tampil ‘oke’.

Memilihkan anak baju yang bagus, tentu tidak salah. Baik malah. Tapi sepertinya kami harus bertanya lagi kepada diri sendiri: kalau anak pakai baju itu, siapa yang akan bahagia?
Kami, karena melihat anak-anak memakai baju yang kami inginkan, atau mereka, yang memakai baju yang kami inginkan?

Di kasus yang lebih serius, semacam kita memaksa anak untuk jadi dokter, sedangkan anak sebenarnya ingin jadi youtuber.
Tentu ada rasa bangga melihat anak menjadi dokter ya kan? tapi lalu siapa yang merasa bahagia?
Kita, karena melihat anak menjalani profesi yang membuat kita bangga, atau mereka, yang harus melepaskan kebahagiaannya demi membuat kita bahagia?
Ya tapi kan bisalah ya, jadi dokter sekaligus jadi youtuber... hihihi....
Ya intinya, kemarin itu jadi merasa bahwa kami ternyata belum bisa menjadi orang tua yang baik. Ya, kami memang ingin melakukan yang terbaik, dan rasanya kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi ternyata, itu bukan yang terbaik.
Dan sampai setua sekarang, sampai anak sudah sebesar sekarang, ternyata masih ada saja yang harus kami pelajari tentang bagaimana menjadi orang tua.
Rasanya bahkan sampai anak dewasa pun, kita akan tetap terus belajar menjadi orang tua ya temans, karena dalam setiap pertambahan umur anak, pasti akan selalu ada saja hal berbeda yang akan kita hadapi sebagai orang tua.
Tetap semangat ah..
Dan terima kasih sudah membaca ^_^

2 komentar:

  1. walah, ternyata si dedek pengen kaos bergmbar itu yaa..
    tapi termasuk penurut juga ya mba sama papanya.. biasanya anak-anak bakalan keukeh sama pilihannya kalo udah suka..

    BalasHapus
  2. huhuhuhu,.... makasih tulisannya mbaaaa..

    Saya nih kadang masih sulit beri kebebasan memilih buat anak.

    Dan akhirnya semua lelaki di rumah ini selalu manut dan menunggu saya mengaturkan segalanya.

    Mau pergi2, miiii pakai baju apa?
    dari yang bayi, sampai bapakeh.

    Apa mungkin karena saya selama ini terlalu ngatur ya?

    BalasHapus