Jadi
ceritanya, kemarin kami habis belanja beberapa kaos rumah buat anak-anak karena
kaos-kaos rumah mereka yang untuk sehari-hari sudah jelek dan sempit.
Saat beli
kaos buat si Kakak lancar-lancar saja karena kebetulan selera si Kakak dengan
papanya sama, yaitu warna-warna gelap. Hitam, biru tua, cokelat tua, abu-abu
tua, pokoknya yang tua-tua, hihihi.....
Sedangkan
Rafka, karena masih kecil juga, sukanya barang-barang yang ada gambar-gambar
karakter kesukaannya, termasuk kaos yang ingin kami beli kemarin. Dan kaos-kaos
bergambar semacam itu rata-rata pasti full colour lah ya...
Nah
masalahnya, papanya anak-anak tuh suka terlalu ikut campur dalam memilihkan apa
yang sedang dipilih oleh anak-anak.
Kemarin
ketika Rafka langsung tertarik dengan salah satu kaos berwarna-warni bergambar
karakter yang sedang disukainya saat ini, si Papa langsung berkomentar, “Rafka
masa mau yang itu? kayak anak kecil
ah. Rafka kan udah gede..”
Saya tahu
Rafka sebenarnya kecewa. Tapi dia menyembunyikannya dengan mengatakan bahwa
kaos-kaos pilihan papanya yang berwarna gelap bagus dan dia lebih suka kaos
pilihan papanya.
Karena
tidak tahan, saya tanyakan langsung ke Rafka, “Kamu sebenarnya kepingin kaos
itu kan?” kata saya sambil menunjuk kaos yang pertama kali menarik perhatiannya.
“Ya
enggaklah....” itu jawaban Rafka sambil tersenyum-senyum. “Dedek kan udah gede masa pakai kaos begitu... Mama
nih...”
Sebenarnya
dalam hati saya masih ragu kalau Rafka benar-benar tidak kepingin kaos itu.
Tapi karena ketika saya tegaskan dia mengatakan tidak, ya sudah, saya tidak bertanya-tanya lagi.
Dan, ketika
sudah dalam perjalanan menuju pulang... pertahananya runtuh. Dia bisik-bisik ke
saya, “Mama, nanti kapan-kapan kalau kita pergi lagi, belikan Dedek kaos yang
tadi ya?”
Tuuh
kaaannnn.... dia sebenarnya kepingin.
“Kenapa
tadi Mama tanya kamu bilang nggak mau?”
“Ya soalnya
Papa pasti nggak boleh”
Di titik
itu saya merasa sangat geregetan dengan papanya anak-anak.
Ya
sebenarnya si Papa nggak salah juga sih, dia cuma ingin anak-anaknya terlihat
modis dan keren. Dia tidak suka melihat anak-anaknya memakai baju gonjreng
berwarna-warni. Ya mungkin karena kedua anak kami laki-laki ya.
Letak
kesalahannya adalah, terkadang dia terlalu memaksakan kehendak. Raki saja yang
satu selera dengannya kadang jadi membeli sesuatu yang tidak sesuai
keinginannya karena papanya terlalu ikut campur dalam memilihkan barang.
Saya rasa
sekaranglah saatnya harus berbicara dari hati ke hati dengan si Papa. Karena
kemarin itu benar-benar sudah mengorbankan perasaan Rafka demi ego kami melihat
anak tampil ‘oke’.
Memilihkan anak
baju yang bagus, tentu tidak salah. Baik malah. Tapi sepertinya kami harus
bertanya lagi kepada diri sendiri: kalau anak pakai baju itu, siapa yang akan
bahagia?
Kami, karena melihat anak-anak memakai
baju yang kami inginkan, atau mereka, yang
memakai baju yang kami inginkan?
Di kasus
yang lebih serius, semacam kita memaksa anak untuk jadi dokter, sedangkan anak
sebenarnya ingin jadi youtuber.
Tentu ada
rasa bangga melihat anak menjadi dokter ya kan? tapi lalu siapa yang merasa
bahagia?
Kita, karena melihat anak menjalani
profesi yang membuat kita bangga, atau mereka,
yang harus melepaskan kebahagiaannya demi membuat kita bahagia?
Ya tapi kan
bisalah ya, jadi dokter sekaligus jadi youtuber... hihihi....
Ya intinya,
kemarin itu jadi merasa bahwa kami ternyata belum bisa menjadi orang tua yang
baik. Ya, kami memang ingin melakukan yang terbaik, dan rasanya kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi ternyata, itu bukan
yang terbaik.
Dan sampai
setua sekarang, sampai anak sudah sebesar sekarang, ternyata masih ada saja
yang harus kami pelajari tentang bagaimana menjadi orang tua.
Rasanya
bahkan sampai anak dewasa pun, kita akan tetap terus belajar menjadi orang tua
ya temans, karena dalam setiap pertambahan umur anak, pasti akan selalu ada saja
hal berbeda yang akan kita hadapi sebagai orang tua.
Tetap
semangat ah..
Dan terima kasih sudah membaca ^_^
walah, ternyata si dedek pengen kaos bergmbar itu yaa..
BalasHapustapi termasuk penurut juga ya mba sama papanya.. biasanya anak-anak bakalan keukeh sama pilihannya kalo udah suka..
huhuhuhu,.... makasih tulisannya mbaaaa..
BalasHapusSaya nih kadang masih sulit beri kebebasan memilih buat anak.
Dan akhirnya semua lelaki di rumah ini selalu manut dan menunggu saya mengaturkan segalanya.
Mau pergi2, miiii pakai baju apa?
dari yang bayi, sampai bapakeh.
Apa mungkin karena saya selama ini terlalu ngatur ya?