Nemu foto jaman dulu, di mana Rafka masih begitu unyu-unyu :D |
Saya
pernah hidup di tengah tradisi di mana seorang laki-laki itu ‘tabu’ melakukan
pekerjaan rumah tangga. Tidak merasakan sih, karena ketika itu saya masih
sangat kecil.
Ibu saya
yang bercerita bahwa Kakek-Nenek saya dulu memegang prinsip tersebut. Dan memang
semasa hidupnya, saya belum pernah melihat Kakek mengerjakan pekerjaan rumah
tangga.
Tapi toh
kemudian, saya mulai melihat bahwa Bapak saya mencuci pakaian ketika ART kami
mudik. Dan pernah melihat Paklik saya belanja sayuran dan memasak di rumah kami.
Jadi
sebenarnya, saya sudah terbiasa sih melihat laki-laki mengerjakan pekerjaan
rumah tangga.
Dan
sekarang saya mengajarkan kedua anak lelaki saya untuk bisa mengerjakan
pekerjaan rumah tangga juga.
Menurut
saya, ini bukan sekedar pembagian pekerjaan antara laki-laki dan perempuan.
Lebih dari itu. Ini adalah kemampuan untuk bertahan hidup.
Bayangkan
jika seorang laki-laki harus kuliah atau bekerja di luar kota dan harus hidup
sendiri tanpa ibu atau istri, sementara mungkin dia belum bisa menemukan orang
yang bisa diminta untuk membantu, maka paling tidak dia harus bisa menanak
nasi, mencuci piring, dan mencuci baju.
Saya mulai
dengan Kak Raki. Dia sudah mulai saya minta untuk belajar memasak nasi,
menggoreng telur, menggoreng nugget, dan memasak mie instan. Iya, yang
gampang-gampang dulu saja hehe.... paling tidak saya bisa yakin jika suatu saat
dia harus tinggal terpisah dari saya, maka dia tidak akan kelaparan.
Selanjutnya
Kak Raki belajar mencuci baju dan mencuci piring. Saya anggap ini pekerjaan
penting ke dua setelah masak memasak.
Kalau
menyapu dan mengepel, sepertinya Raki dan Rafka sudah bisa sih meskipun mungkin
belum sempurna karena kan di sekolah mereka ada pembagian tugas piket dan itu
membuat mereka lumayan terlatih.
Selain
untuk berjaga-jaga seandainya mereka nanti harus hidup sendiri, kemampuan
melakukan pekerjaan rumah tangga ini juga akan membantu sekali ketika kelak
misalnya, istri mereka sakit atau baru
saja melahirkan dan tentu saja akan sangat membutuhkan bantuan.
Saya
ingin anak-anak saya bisa menjadi suami yang selalu siap sedia berbagi tugas
pekerjaan rumah tangga dengan istri-istri mereka kelak.
Saya
sangat tidak setuju sih kalau masih ada anggapan bahwa pekerjaan rumah tangga
‘hanya’ untuk perempuan saja. Lha saya kan tidak punya anak perempuan... anak
saya laki-laki semua. Kalau saya mengikuti anggapan bahwa laki-laki itu ‘tabu’
melakukan pekerjaan rumah tangga, wah bisa-bisa saya jumpalitan sendirian tanpa
bisa mengharapkan bantuan hehe....
Kalau temans, apakah mengajarkan pekerjaan rumah tangga juga kepada anak laki-lakinya?
Wah keren. Semoga ibu2 sekarang makin banyak yg begini. Biar generasi mendatang laki2 makin bnyk yg ga segan kerjain kerjaan rumah tangga 👍
BalasHapusNanti kalau suatu saat saya dikasih anak laki, wajib banget nerapin tips ini, nih.. mau perempuan mau laki kan sama2 punya kewajiban ngejaga kebersihan rumah.
BalasHapusBener bunda. Rosullulah juga menganjurkan suami membantu pkrjaan istri. Tapi bukan berarti si istri jd memanfaatkanya hehe.. enggaklah yaa.. sharingnya bermanfaat aku jg sering libatin anak membantu pr ibunya. Tp yg lebih ke cowokan kaya berkebun, bernerin ini itu 😊
BalasHapusaku pasti ajarin mba biar nanti mandiri hehe iya nti kalau kost atau kerja jauh dari rumah jadinya bisa urus diri
BalasHapusBener, anak laki tabu ngerjakan urusan rumah, dapur. Padahal ketika besar, anak-anak cowok ini gak mau melakukan pekerjaan RT, yang repot ibunya sendiri.
BalasHapussaya sanggat setuju untuk tulisannya mba.
BalasHapusHalim Perdana Kusuma