Kadang
kita suka merasa yang paling tahu ya, tentang standar bahagia seseorang.
Padahal sebenarnya sih tidak tahu... hanya merasa tahu.
Ih kasihan banget sih tuh orang duduk
sendirian di pojokan, nggak ada yang nemenin ngobrol.
Padahal
kita tidak tahu kan kalau mungkin orang itu justru sedang merasa
nyaman-nyamannya duduk sendirian mojok mencari inspirasi? Kitanya saja yang sok
tahu dan menganggap bahwa duduk sendirian di pojokan itu pasti kasihan.
Ibu saya
pernah bercerita, suatu hari Ibu mengunjungi seseorang bersama seseorang, nah
bingung kan wkwkwk....
Ya
gampangnya, Ibu bersama A sedang berkunjung ke rumah seseorang.
Kemudian,
tak dinyana tak disangka, tiba-tiba A berbisik kepada Ibu, “Wah kasihan sekali
ya, punya anak gadis kok rumahnya kecil sempit begini. Bagaimana nanti jika ada
pemuda yang hendak meminang anak gadisnya? Apa tidak malu menerima calon besan
kalau kondisi rumahnya seperti ini?”
Rese sekali kan? A itu sok tahu kalau
menurut saya.
Pertama,
dia bilang kasihan karena rumahnya
kecil dan sempit. Tapi mana kita tahu kalau di rumah yang kecil dan sempit itu
ada kehangatan, cinta, canda, dan tawa yang berlimpah ruah sampai
tumpah-tumpah?
Baca juga:
Langkah Saya Menuntun Anak Menjadi Manusia Yang Bahagia
Malah
lebih kasihan dengan orang yang memiliki rumah besar dan luas tapi di dalamnya
dingin, kosong, minim cinta. Ya kan?
Kedua, malu sama calon besan. Bagi saya ini
sangat menggelikan sih. Lha kalau dari awal kita tidak menyembunyikan apapun,
jujur apa adanya, dan calon besan mau menerima kita sebagai keluarganya, terus
kenapa harus malu sih ya ampun... zzzz.. Yang penting jujur dari awal kan.
Jadi A
terlalu berburuk sangka bahwa pemilik rumah itu pasti merasa tidak bahagia hanya karena rumahnya kecil dan sempit.
Hanya
karena standar bahagia A berbeda dengan standar bahagia si pemilik rumah, bukan
berarti si pemilik rumah tidak bahagia kan?
Standar
bahagia yang berbeda bahkan bisa saja terjadi di tengah sebuah keluarga. Di
antara orang-orang tercinta.
Saya
sering melihat adanya perbedaan pendapat antara anak dan orang tua dalam
menentukan langkah hidup si anak.
Ya, orang
tua mana sih yang tidak ingin mengantarkan anaknya menuju ke kehidupan yang
baik dan bahagia?
Hanya
saja sering kali orang tua terlupa bahwa mungkin pandangan tentang bahagia
sudah tidak lagi sama.
Alangkah
indahnya jika kita belajar untuk memahami, memaklumi, dan melihat segala
sesuatu bukan hanya dari sudut pandang kita saja.
Supaya tidak
selalu nyinyir ketika melihat orang
lain bahagia menurut versinya.
“Duh kasihan banget sih, sudah sekolah
tinggi-tinggi eh mentoknya cuma jadi IRT”
Kenapa
jadi IRT itu kasihan sih? Eta terangkanlah :)
“Duh kasihan banget sih, LDR-an. Istrinya
kerja di Sabang, suaminya kerja di Merauke”
Mana kita
tahu kalau sebenarnya mereka bahagia-bahagia saja menjalaninya? Justru yang
membuat mereka sedih adalah orang-orang yang sok tahu yang selalu bilang
kasihan-kasihan....
“Duh kasihan banget sih sudah berapa tahun
menikah belum juga punya anak...”
Hey, kita
tidak pernah tahu kan, jangan-jangan mereka sudah berencana untuk mengadopsi
anak dari panti asuhan dan itu membuat mereka sangat bahagia dan bersemangat?
Hanya
karena standar bahagia kita tidak sama dengan versi bahagia mereka, bukan
berarti mereka tidak bahagia. Sudah itu saja sih, hehe.....
Dari pada
sibuk mengkasihani mereka, mending doakan yang baik-baik saja. Itu pasti akan
jauh lebih bermanfaat.
Karena
standar bahagia setiap orang itu berbeda-beda. Tergantung bahagia menurut
siapa..... ^_^
Selamat
hari Kamis, terima kasih sudah membaca ^_^
Setuju Mbak, standard bahagia orang beda-beda.
BalasHapusBahagia menurut kita belum tentu bahagia menurut orang lain.
Say No To Nyinyir hehehe
Thanks for sharing Mbak Rita.
Makasih juga udah mampir di blog saya (",)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSetuju, standar bahagia orang beda-beda. Jadi kalau saya gak mau banding-bandingin ma yang lain :D
BalasHapuswah mantap gan :D
BalasHapuspromo alfamart jumat sabtu minggu
Ya Alloh bru nemu blogmu mbaaaa
BalasHapusTrus ketagihan takbaca2 label curhat konyol
N postingannya ringan tp pnuh pesan moral, syuuukaaaaak
Palagi yg ini
Aku juga plg kzl klo diajak bisik2 ma seseorang lalu orang tsb nyatur orang lain lagi, dia bilang alhamdulilah koe mb wes ada anak, ketimbang kaya si A kasian ya blum punya momongan, heuuuu...(dlm hatiku)....duh puhliiis deh memange blum ada anak itu satu tujuan utama dari kebahagiaan setelah nikah...kan ga,,.
Bener bgt....kita ga bole so tau nilai kondisi seseorang dan meributkannya dg kalimat sok prihatin...karena jatohnya akan sangat ngeselin ya mb hihi