Tadi
pagi seperti biasa, saya menemani Rafka menyeberang jalan untuk berangkat ke
sekolah. Hanya menyeberangkan saja, dan dia akan berangkat sendiri lewat
pinggir jalan raya (jangan bayangkan jalan raya yang besar ya, ini hanya jalan
raya kecamatan yang kecil).
Seperti
biasa juga, setelah sampai di seberang jalan, dia akan menengok ke arah saya
sambil dadah-dadah. Pokoknya semua
berjalan seperti biasa.
Yang
tidak biasa adalah: beberapa meter dari kami, ada sebuah motor yang dikendarai
oleh dua orang anak SMK (berboncengan) berjalan begitu ngebutnya dan menyenggol
sebuah keranjang yang di pasang pada sebuah motor (perasaan saya terlalu banyak
menyebut kata ‘sebuah’ di alinea ini ya?).
Mungkin
ini tidak terlalu bermasalah jika motor yang menyenggol itu berjalan dalam
batas kewajaran. Tapi karena terlalu ngebut, maka setelah menyenggol, motor
tersebut lalu kehilangan keseimbangan dan oleng dan lalu mereka bertiga (motor
dan 2 penumpangnya) terlempar ke (untungnya) sebuah gundukan pasir di pinggir
jalan.
Dan
gundukan pasir itu posisinya tepat di depan Rafka. Yang mana dalam beberapa
langkah lagi Rafka akan melewati gundukan pasir itu untuk menuju ke sekolah.
Bisa
dibayangkan dong betapa gemetar dan deg-degannya saya membayangkan seandainya
saja Rafka sudah sampai di gundukan pasir itu tentu dia akan mengalami dampak
dari kecelakaan tersebut.
Dan
melihat kecelakaan tepat di depan matanya, Rafka tampak shock. Diam, lalu menoleh
ke arah saya yang posisinya masih di seberang jalan. Saya tersenyum
menenangkannya dan segera menyebrang ke arahnya. Menggandeng tangannya dan
mengantarkannya sampai ke dekat sekolahan.
Dua
anak yang ngebut itu saya lihat tidak mengalami luka yang serius karena
jatuhnya tepat di atas gundukan pasir. Melihat dari seragamnya, mereka
bersekolah di sebuah SMK di kota, yang mana kalau jam segini posisi mereka
masih di sini, itu berarti mereka akan terlambat tiba di sekolah. Mungkin itu
sebabnya mereka memacu motor dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Ingin
rasanya berkata pada mereka, ‘dek... besok-besok kalau berangkat sekolah tuh
agak pagian dikit napa, jadi gak usah kebut-kebutan di jalan raya’, tapi
sepertinya tidak ber-empati sekali ya kalau saya mengatakan itu di saat kondisi
mereka sedang begini. Jadi ya sudahlah saya diam saja.
Karena
saya lihat mereka baik-baik saja, dan salah satu dari mereka sudah menghubungi
seseorang (mungkin keluarganya) melalui ponselnya, ya sudah saya tinggalkan
saja mereka berdua di pinggir jalan. Beberapa warga yang menolong juga mulai
meneruskan kembali aktivitas masing-masing dengan meninggalkan dua botol air
mineral supaya keduanya bisa beristirahat sambil menunggu kedatangan
keluarganya.
Saya
pulang sambil tak henti mengucap syukur karena Rafka terhindar dari kecelakaan
itu. Karena jika Rafka berjalan beberapa langkah lagi dan tiba di gundukan
pasir tepat pada saat kejadian itu, maka kemungkinan dia akan tertimpa motor
atau minimal tubuh anak-anak SMK itu.
Semoga
Allah senantiasa memberikan perlindungan pada kita semua, anak-anak kita, dan
seluruh keluarga kita ya temans :)
#Masih
deg-degan
aamiin. Smeoga kita semua selalu dilindungi oleh Nya
BalasHapusMaka penting sebagai orangtua untuk berdoa terus-menerus agar anak-anak dikaruniai keselamatan ya, Mbak.
BalasHapusAlhamdulillah mba..rafka nggak kenapa napa..
BalasHapusKmrn pas dr antar anak ke dokter..aku liat kecelakaan juga mb..motor vs motor. Untung aku bbrp meter di depan mereka..
Alhamdulillah anaknya masih dilindungi , itulah yang namanya musibah kita nggak bisa menduga yang bisa kita lakukan hati-hati dan berdoa.
BalasHapusaaamiiin aaamiiiin
BalasHapussemoga dalam lindungan Allah ya tante