Translate

Minggu, 08 Januari 2017

Antara Aku Dan Kucing



Kucing adalah binatang kesayangan Rasulullah ya temans, saya pernah mendengar kisah tentang Mueeza, seekor kucing milik Nabi yang ketika itu sedang tidur terlelap di atas lengan jubah milik Nabi.

Saat Nabi hendak mengambil jubahnya, beliau tidak tega mengganggu Mueeza, akhirnya Nabi pun memotong bagian lengan yang sedang ditiduri Mueeza.
Saat Nabi kembali ke rumah, Mueeza terbangun dan merunduk sujud kepada Nabi. Dan sebagai balasan, Nabi pun mengelus lembut tubuh Mueeza sebanyak 3 kali.
Nabi juga selalu membawa Mueeza di pangkuannya ketika sedang menerima tamu. Salah satu sifat Mueeza yang Nabi sukai adalah  dia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti sedang mengikuti lantunan adzan.
Sebelum mendengar kisah inipun, saya memang sudah berusaha menyukai kucing. Saat masih kecil, tetangga yang juga sahabat saya memiliki seekor kucing yang begitu disayanginya. Otomatis saya pun berusaha untuk ikut menyayangi kucing itu karena tetangga saya tersebut selalu melibatkan kucingnya dalam setiap permainan yang kami lakukan.
Saya bilang, saya berusaha menyukai dan menyayangi kucing. Iya, saya berusaha. Tapi kenapa ya, saya tidak bisa sepenuh hati. Saya tidak benci sih dengan kucing, hanya tidak begitu suka dan sedikit geli saja.
Sekedar gambaran bagaimana hati saya tidak bisa dekat dengan binatang imut ini adalah: dulu ketika masih kecil, adik saya memiliki seekor kucing. Bapak saya membuatkan tempat tidur untuk si kucing dari kotak sepatu yang dilapisi tumpukan kain yang nyaman dan hangat. Kotak sepatu itu diletakkan di dapur.
Pada suatu malam, tiba-tiba saya terbangun karena merasa kucing itu naik ke tempat tidur dan berjalan di atas kepala saya. (saya pikir) saya melihat dengan jelas kucing itu menyelinap ke balik selimut. Saya langsung melompat bangun dan menggedor-gedor pintu kamar orang tua saya.
Ibu lalu mengajak saya ke dapur, dimana ada pintu yang memisahkan antara dapur dan ruang makan. Pintu itu selalu ditutup setiap malam dan dikunci dari arah ruang makan. Ibu menunjukkan pintu yang masih terkunci dari arah ruang makan. Bagaimana mungkin si kucing bisa masuk ke kamar saya?
Saat saya mulai bimbang, Ibu lalu membuka pintu dapur dan menyuruh saya melihat kotak sepatu. Kucing itu masih terbaring nyaman di sana. Membuka sebelah matanya karena merasa terganggu dengan kedatangan saya, lalu kembali melanjutkan tidurnya.
Untuk memastikan, Ibu lalu membuka selimut di atas tempat tidur saya dan menunjukkan pada saya bahwa tak ada kucing di sana.
Jadi kenapa saya bisa berhalusinasi dengan sangat nyata bahwa kucing itu naik ke atas tempat tidur saya? Kalau kata keluarga saya sih, itu karena saya sangat benci pada kucing adik saya, yang secepat kilat saya sanggah bahwa saya tidak membenci si kucing. Namun jauh di lubuk hati, saya mulai menyadari bahwa saya memang tidak bisa menyukai binatang kesayangan Nabi tersebut.
Ketidak sukaan saya terhadap kucing mulai semakin terasa ketika saya sudah menikah dan memiliki rumah sendiri. Dulu, hampir setiap pagi saya selalu disambut dengan pipis dan pup kucing di lantai teras. Jadi setiap malam pasti ada saja kucing yang entah pipis atau pup di teras saya. Dan saya harus membersihkannya hampir setiap hari sodara-sodara.......
Dan kejadian berikut ini membuat saya benar-benar trauma dan phobia terhadap kucing.
Suatu hari saya sedang duduk santai di lantai sambil menikmati semangkuk es buah yang segar dan nikmat. Tiba-tiba terdengar bunyi geradak geruduk dari atas plafon. Suara kucing yang sedang bertengkar dan berkejar-kejaran. Perasaan saya sudah tidak enak sebenarnya. Saya bermaksud untuk bangkit dan pindah ke tempat lain ketika tiba-tiba saja terdengar suara yang begitu keras dan seekor kucing gendut jatuh dari atas plafon menimpa saya dan es buah saya. Kontan saya menjerit-jerit histeris sampai suami dan anak-anak berlari menghampiri saya dengan panik.
Plafon jebol. Kucing gendut itu juga terlihat panik dan berlari memutari ruangan dengan heboh. Dan yang membuat saya ternganga tak percaya adalah: kucing tersebut berlari sambil pipis...! tentu saja pipisnya itu tercecer di mana-mana. Di bufet, di meja, dan di gorden.
Jadi sepertinya, semakin saya mengakui bahwa saya tidak suka kucing, kucing-kucing itu jadi semakin berulah mengerjai saya, hehe....
Lalu saya berusaha sekuat tenaga untuk men-setting hati ini supaya bisa menyukai kucing. Dan, kucing-kucing itu sekarang sudah tidak pernah lagi pipis dan pup di teras rumah saya. Horeee...
Benarkah karena settingan hati saya? Entahlah. Yang pasti, suami saya sudah menutup rapat seluruh pagar rumah dengan fiberglass, sehingga kucing sudah tidak bisa lagi masuk ke teras saya, hihihi....
Kalau yang dari plafon, setelah kejadian pertama yang membuat saya trauma itu, masih ada beberapa kali lagi kucing terjatuh dari plafon, untungnya tidak kembali menimpa saya, hehe... kata suami, plafon kami memang sudah rapuh, jadi gampang jebol kalau ada kucing besar yang berlari-larian di atas sana. Nanti kalau sudah cukup dana kami akan mengganti seluruh plafon dengan yang baru.
Untuk sementara ini, kalau temans main ke rumah saya, jangan kaget ya, melihat plafon rumah yang bolong-bolong, hihihi...........

6 komentar:

  1. gadeeuuuwwh ngeri...saya takut kucinggg

    BalasHapus
  2. Dulu, saya pernah melihara kucing. Tapi sekarang tidak, karena saya sangat sibuk gak bisa ngurus kucing lagi. Dari pada kasihan, jadi saya kasihkan ke sepupu yang suka pelihara kucing juga.

    Kalau di rumah saya, bukan plafon yg bolong, tapi sofa, hihihi

    BalasHapus
  3. Plafon bolong karena kucing, sudah hal lumrah.
    Aku dulu suka dengan kucing, kalau tidur ikut disampingku.
    Tapi sayang, kucing itu nakal ,suka makan anak ayam. Sama pamanku dibuang ke kali dengan dimasukin kedalam karung. Sadis ya ?
    Dan saat ini aku kurang suka dengan kucing ,karena ditempatku terlalu banyak kucing, sampai dimana-mana bau eeek dan air kencing kucing. Kualahan deh !
    Kadang suka makan ikan emas yang dikolam.

    BalasHapus
  4. Saya suka kucing, tapi sampai sekarang belum berani menggendong. Jadi paling ngelihatin aja kucing-kucing yang berkeliaran dekat rumah :)

    BalasHapus
  5. aslinya saya suka kucing, binatang ini sangat lucu. tapi berhubung lingkungan tempat tingal saya banyak yang tidak suka akhirnya gak bisa peliharabinatang ini dirumah

    BalasHapus
  6. Kalau kucing dirumah saya, suka gangguin orang tidur he...kalau subuh suka bangunin.. heran sama anak istri saya ga bangunin

    BalasHapus