Minggu, 24 Januari 2021

Cerita-cerita Tentang Sunat Klamp Rafka

Halo, Assalamualaikum..

Sudah cukup lama gak ngisi blog ini, dan ini tulisan pertama di 2021.

Kali ini saya mau sedikit cerita-cerita tentang pengalaman sunat Rafka Desember kemarin ya.. pengalaman yang bagi saya cukup menegangkan karena berat badan Rafka yang melebihi berat badan ideal anak-anak seusianya.

Banyak cerita yang saya dengar dan artikel yang saya baca tentang bermacam kesulitan dalam menyunat anak bertubuh gemuk, membuat saya cukup ketar-ketir membayangkan seperti apa proses sunat Rafka nanti?


Klinik tempat sunat menyarankan untuk menggunakan metode klamp. Yaitu metode sunat dengan menggunakan tabung plastik khusus yang memiliki ukuran bervariasi sesuai dengan ukuran penis.  Penis kemudian dijepit menggunakan tabung tersebut kemudian dipotong dengan pisau bedah tanpa dijahit. Setelah itu dikunci dan dibiarkan menempel pada penis hingga 5 – 7 hari kemudian.

Pertimbangan mereka merekomendasikan metode ini adalah bahwa sunat klamp tidak perlu menggunakan perban dan minim pendarahan.

Jadi ingat saat si Kakak sunat dulu, setiap hari kami harus mengganti perbannya dan tentu saja itu dilakukan dengan penuh drama. Mendengar bahwa metode klamp ini tidak perlu diperban, saya langsung menyanggupinya.

Selain itu, dan yang paling penting, mereka menjelaskan bahwa saat anak gemuk duduk, maka biasanya penisnya akan seperti tersembunyi tertutup timbunan lemak. Dan itu membuat luka bekas sunat akan lebih lama keringnya karena menjadi lebih lembab. Dengan metode klamp, maka tabung yang terpasang pada penis akan menahan penis agar tidak masuk ke dalam timbunan lemak saat anak duduk. Dengan begitu, diharapkan luka sunat akan lebih cepat kering dan sembuh.


Perawatan pasca sunat saya rasakan memang lebih mudah sih, saya tidak perlu ganti perban setiap hari yang lumayan membuat hati ngilu seperti jaman si Kakak dulu.

Selain obat-obatan, kami juga dibekali dengan sebuah alat suntik untuk menyemprotkan air setelah Rafka pipis. Setiap habis pipis, saya menyemprotkan air ke bagian penis yang berada di dalam tabung, serta menyemprot seluruh dinding bagian dalam tabung untuk membersihkannya dari sisa-sisa pipis yang mungkin tertinggal. Setelah itu mengeringkannya dan meneteskan obat tetes yang diberikan.

Ada satu hal yang sedikit saya sesalkan, yaitu terjadinya miskomunikasi antara saya dengan pihak klinik.

Jadi ternyata, ada perawatan lain yang saya lewatkan. Yaitu berendam setiap hari setiap pagi dan sore selama 10 – 15 menit untuk menjaga agar penis tetap lembab supaya memudahkan saat proses pencopotan klamp nantinya. Saya benar-benar tidak tahu tentang hal ini. Mereka bilang, mereka sudah menginformasikannya tapi yah, mungkin karena saya terlalu tegang saat itu sehingga tidak terlalu fokus mendengar penjelasan mereka.

Yang saya tahu, bahwa sebelum berangkat ke klinik untuk mencopot klamp, anak harus berendam dulu selama minimal 30 menit. Jadi ya Rafka hanya sekali itu berendamnya saat hari pencopotan klamp selama 30 menit saja.

Yang ternyata setelah sampai di klinik, mereka menyatakan bahwa kulit penis Rafka tidak cukup lembab untuk dilakukan pencopotan. Bisa sih kalau dipaksakan, tapi akan sangat menyakitkan. Akhirnya mereka hanya mencopot penguncinya saja sedang tabungnya masih tetap menempel di penis.

Kami kembali ke rumah dan pada sore harinya, Rafka kembali berendam selama 1 jam penuh dan setelah itu kembali lagi ke klinik. Alhamdulillah, akhirnya tabungnya berhasil dilepaskan.


Apakah selesai sampai di situ? Ternyata tidak saudara-saudara.

Rupanya proses penyembuhan sunat klamp memakan waktu lebih panjang daripada sunat dengan metode laser seperti si Kakak dulu.

Setelah tabung dilepas, ada semacam bekas luka serupa donat berwarna kehitaman di sekeliling penis. Itu adalah kulit mati yang nantinya akan mengelupas dengan sendirinya. Sempat terjadi pembengkakan tapi tidak terlampau parah dan segera mengempis dengan sendirinya.

Pihak klinik menyarankan untuk meneruskan rutinitas berendam supaya kulit matinya cepat mengelupas. Jadi Rafka tetap berendam selama 10 hingga 15 menit setiap hari. Kalau dari pihak klinik menyarankan setiap pagi dan sore, tetapi Rafka maunya hanya sehari sekali saja, hehe...

Total dari proses sunat hingga kulit mati terkelupas membutuhkan waktu sekitar 3 mingguan. Jauh lebih lama dari pada sunat Kakak yang menggunakan metode laser yang waktu  itu hanya butuh tidak sampai 2 minggu untuk benar-benar sembuh.

Tapi ya kalau sunat klamp ini memang lebih minim drama sih, kalau dibandingkan dengan Kakak dulu, hehe...

Yah, yang penting saya sekarang sudah merasa sangat lega. Sunatan Rafka sudah terlaksana dengan tidak kurang suatu apa. Tidak lagi dag dig dug memikirkan sunat dengan segala kendala dan resikonya. Semoga sehat-sehat selalu dan jadi anak sholeh ya Nak... ^_^

Terima kasih sudah membaca... ^_^

1 komentar:

  1. wah, seru sekaligus menegangkan ya bun. Anak saya cewek jadi enggak tahu dramanya. Tapi ponakan saya pernah dirawat dirumah saat sunat jadi ya memang pakai drama, kebetulan sunat laser waktu itu hehe

    BalasHapus