Translate

Jumat, 01 Desember 2017

Ketika Si Kakak Memiliki Adik



Kemarin saya mengunjungi salah satu kerabat yang masih memiliki 3 orang anak balita. Anak pertama perempuan, berusia sekitar 2 atau 3 tahun, sedangkan anak kedua dan ketiga laki-laki, kembar, berusia 1 bulan lebih beberapa hari.

gambar dari Pixabay dan diedit sendiri hehe...
 Saat kelahiran si kembar dulu, saya juga datang menjenguk mereka. Ketika itu si kakak tampak begitu antusias menyambut kedatangan adik-adiknya ke dunia. Si kakak menunggui kedua adiknya dan tampak begitu sayang kepada mereka.
Nah saat saya kembali berkunjung ke rumah mereka kemarin ini, saya lihat si kakak sedang tidur siang. Jadi saya fokus saja dengan si kembar.
Tidak lama kemudian si kakak terbangun dan langsung menangis. Dibujuk siapapun tidak mau dan hanya mau dengan ibunya, sementara si ibu sedang menyusui salah satu adiknya. Si kakak menghampiri ibunya dan berusaha memeluk, tapi agak kesulitan karena ada adik di tengah mereka. Ini membuat si kakak frustasi dan kemudian menangis lebih keras.
Dan saya terkaget-kaget ketika si ibu lalu berbicara pada kakak dengan nada yang sedikit membentak. Iya sih, saya sungguh paham dengan situasi si ibu yang mungkin lelah dan stress mengurus dua bayi sekaligus ditambah kakaknya yang rewel. Tapi tetap sih, saya merasa si ibu tidak seharusnya membentak si kakak.
Dan ketika tangis si kakak tak kunjung mereda, jantung saya hampir copot ketika mendengar si ibu mengancam si kakak dengan ucapan: “Diam nggak. Awas lho kalau nggak mau diam nanti disabet sama Ayah.”
Duh, dalam hati sungguh sedih mendengar semacam itu. Sayangnya si kakak hanya mau sama ibunya. Seandainya mau dengan saya, pasti sudah saya gendong dari tadi.
Mungkin karena takut dengan ancaman ibunya, si kakak lalu memaksa meredam tangisnya. Jadinya mingsek-mingsek gitu lho, duh apa ya bahasa Indonesianya. Semacam isak tangis yang ditahan gitu ya, dan biasanya bikin dada sakit kan ya kalau begitu....
Yang membuat saya tambah sedih adalah ketika si adik sudah selesai menyusu dan diambil alih oleh neneknya, si ibu lalu bertanya pada kakak, “Maunya apa?” dan si kakak menjawab: “Mau dikelonin...” duh sedih nggak sih, anak cuma pengen dikelonin saja sampai diancam mau disabet segala hiks...
Saya sih menyarankan ke ibunya supaya ngelonin si kakak barang sebentar, buat pelega rasa saja, iya nggak sih. Tapi ya susah juga karena tiba-tiba adik yang satunya menangis sementara adik yang tadi habis menyusu tiba-tiba pup. Jadi si kakak nggak jadi dikelonin deh.....
Saya sungguh paham dengan perasaan si kakak. Karena dulu sebelum ada kedua adiknya, si kakak adalah pusat kasih sayang seluruh keluarga. Lalu tiba-tiba ada dua bayi di rumah, dan tiba-tiba saja seluruh perhatian beralih pada kedua adiknya. Si kakak mungkin merasa terabaikan. Merasa tidak disayang. Merasa adik-adiknya telah merebut semua perhatian yang sebelumnya menjadi miliknya.
Padahal ibunya sudah mengikuti para pakar parenting yang menganjurkan supaya seorang kakak terlibat dalam menyambut kedatangan adiknya ke dunia. Iya saya tahu karena saya sering berkunjung ke sana dan melihat bahwa selama ibunya mengandung, si kakak tampak begitu sayang dan sering kali mengelus-elus atau mencium perut ibunya. Ketika ibunya sibuk mempersiapkan baju-baju bayi dan keperluan lainnya pun dia juga tampak antusias membantu sambil berceloteh, “Ini baju adik, ini selimut adik, ini kaus kaki buat adik....”
Tapi ya tetap saja... dia masih belum dapat menerima ketika harus kehilangan sebagian perhatian yang sebelumnya sepenuhnya hanya miliknya.
Apa mungkin karena jarak usia yang terlalu dekat?  Atau mungkin karena adiknya ada dua? Di mana perhatian orang tua otomatis terbagi menjadi lebih banyak.
Entahlah, saya bukan pakar parenting, dan saya juga sudah tidak lagi memiliki balita sehingga sudah jarang membaca informasi-informasi tentang parenting balita.
Saya juga tidak pernah mengalami kecemburuan anak pertama terhadap adik barunya karena ketika saya melahirkan anak kedua, anak pertama sudah berumur 5 tahun dan merasa ‘sudah dewasa’.
Jadi inti dari postingan ini apa? Ya tidak ada karena saya hanya ingin melepaskan unek-unek yang mengganjal saja *duh.
Dan terima kasih sudah membaca temans, semoga kita semua selalu diberikan kekuatan dan kesabaran dalam mendampingi anak-anak kita sampai kelak mereka siap kita lepaskan ^_^

4 komentar:

  1. Biasanya anak pertama merasa terabaikan mba..

    Anak 1 saya, meski jarak 5 thn kyaknya gitu juga. Pas adiknya bayi, jd suka rewel.. tapi dulu kakaknya trus bnyk dihandle pak suami, sementara saya bnyk handle yang kecil. Sementara klo siang, kakaknya trus di full day school

    BalasHapus
  2. iya, kadang cuma pingn diperhatiin ya tante

    BalasHapus
  3. Baru tauuuu mb ada anak kembarnya, pasti yg raki n rafka y

    BalasHapus