Translate

Kamis, 05 April 2018

Pekerjaan Rumah Tangga Untuk Anak Laki-laki, Why Not?


Nemu foto jaman dulu, di mana Rafka masih begitu unyu-unyu :D


Saya pernah hidup di tengah tradisi di mana seorang laki-laki itu ‘tabu’ melakukan pekerjaan rumah tangga. Tidak merasakan sih, karena ketika itu saya masih sangat kecil.

Ibu saya yang bercerita bahwa Kakek-Nenek saya dulu memegang prinsip tersebut. Dan memang semasa hidupnya, saya belum pernah melihat Kakek mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Tapi toh kemudian, saya mulai melihat bahwa Bapak saya mencuci pakaian ketika ART kami mudik. Dan pernah melihat Paklik saya belanja sayuran dan memasak di rumah kami.
Jadi sebenarnya, saya sudah terbiasa sih melihat laki-laki mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Dan sekarang saya mengajarkan kedua anak lelaki saya untuk bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga juga.
Menurut saya, ini bukan sekedar pembagian pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Lebih dari itu. Ini adalah kemampuan untuk bertahan hidup.
Bayangkan jika seorang laki-laki harus kuliah atau bekerja di luar kota dan harus hidup sendiri tanpa ibu atau istri, sementara mungkin dia belum bisa menemukan orang yang bisa diminta untuk membantu, maka paling tidak dia harus bisa menanak nasi, mencuci piring, dan mencuci baju.
Saya mulai dengan Kak Raki. Dia sudah mulai saya minta untuk belajar memasak nasi, menggoreng telur, menggoreng nugget, dan memasak mie instan. Iya, yang gampang-gampang dulu saja hehe.... paling tidak saya bisa yakin jika suatu saat dia harus tinggal terpisah dari saya, maka dia tidak akan kelaparan.
Selanjutnya Kak Raki belajar mencuci baju dan mencuci piring. Saya anggap ini pekerjaan penting ke dua setelah masak memasak.
Kalau menyapu dan mengepel, sepertinya Raki dan Rafka sudah bisa sih meskipun mungkin belum sempurna karena kan di sekolah mereka ada pembagian tugas piket dan itu membuat mereka lumayan terlatih.
Selain untuk berjaga-jaga seandainya mereka nanti harus hidup sendiri, kemampuan melakukan pekerjaan rumah tangga ini juga akan membantu sekali ketika kelak misalnya,  istri mereka sakit atau baru saja melahirkan dan tentu saja akan sangat membutuhkan bantuan.
Saya ingin anak-anak saya bisa menjadi suami yang selalu siap sedia berbagi tugas pekerjaan rumah tangga dengan istri-istri mereka kelak.
Saya sangat tidak setuju sih kalau masih ada anggapan bahwa pekerjaan rumah tangga ‘hanya’ untuk perempuan saja. Lha saya kan tidak punya anak perempuan... anak saya laki-laki semua. Kalau saya mengikuti anggapan bahwa laki-laki itu ‘tabu’ melakukan pekerjaan rumah tangga, wah bisa-bisa saya jumpalitan sendirian tanpa bisa mengharapkan bantuan hehe....

Kalau temans, apakah mengajarkan pekerjaan rumah tangga juga kepada anak laki-lakinya?

6 komentar:

  1. Wah keren. Semoga ibu2 sekarang makin banyak yg begini. Biar generasi mendatang laki2 makin bnyk yg ga segan kerjain kerjaan rumah tangga 👍

    BalasHapus
  2. Nanti kalau suatu saat saya dikasih anak laki, wajib banget nerapin tips ini, nih.. mau perempuan mau laki kan sama2 punya kewajiban ngejaga kebersihan rumah.

    BalasHapus
  3. Bener bunda. Rosullulah juga menganjurkan suami membantu pkrjaan istri. Tapi bukan berarti si istri jd memanfaatkanya hehe.. enggaklah yaa.. sharingnya bermanfaat aku jg sering libatin anak membantu pr ibunya. Tp yg lebih ke cowokan kaya berkebun, bernerin ini itu 😊

    BalasHapus
  4. aku pasti ajarin mba biar nanti mandiri hehe iya nti kalau kost atau kerja jauh dari rumah jadinya bisa urus diri

    BalasHapus
  5. Bener, anak laki tabu ngerjakan urusan rumah, dapur. Padahal ketika besar, anak-anak cowok ini gak mau melakukan pekerjaan RT, yang repot ibunya sendiri.

    BalasHapus