Translate

Minggu, 12 Mei 2019

Kepakkan Saja Sayapmu, Nak. Dan Kita Bahagia Bersama..


Tiba-tiba menyadari bahwa dalam beberapa tahun ke depan si Kakak sudah akan lepas dari kami, membuat saya kembali melow. Entah ya, akhir-akhir ini suka merasa melow nggak jelas hanya karena hal-hal sepele, hahaha...

Berbeda dengan Rafka, si Kakak hampir tidak pernah berpisah dengan saya. Selama 12 tahun selalu bersama saya, tidak pernah menginap di tempat yang berbeda. Baru di tahun ke 13, mulai beberapa kali berpisah meskipun hanya sebentar-sebentar saja... yaitu ketika piknik sekolah, dan saat ibu saya sakit sehingga saya harus bolak-balik pulang ke Magelang.
Dan itupun paling lama hanya 3 malam saja. Dengan percakapan telepon yang cukup intens dan saya merasa dia berada dalam perlindungan yang seharusnya.

Nah yang saya pikirkan adalah, ketika nanti tiba waktunya dia harus pergi dari rumah, maka dia sudah keluar dari perlindungan itu, sendirian di luar sana. Perlindungan yang dia punya hanya Tuhan, dan doa kami, orang tuanya.
Tinggal sendiri, nyuci sendiri, makan sendiri, memutuskan beberapa hal sendiri... kalau dipikir-pikir sih kasihan ya :D

Eh, tapi dia juga merasakan nggak ya, ke-melow-an yang saya rasakan?
Dulu, saat saya sudah akan pergi dari rumah, malam sebelumnya bapak saya berkata: “Wah, besok Rita sudah mau pergi. Rasanya njeglong, biasanya berempat, jadi bertiga...”
Ketika itu saya hanya tersenyum-senyum saja saat mendengar Bapak berkata begitu. Dan baru merasakan arti dari kata-kata itu sekarang, saat saya sudah merasakan jadi orang tua dan sebentar lagi anak saya juga akan pergi dari rumah (padahal masih beberapa tahun lagi, hehehe..).

Saya rasa semua orang tua pasti merasakan hal yang sama sih ya... kalau menuruti keinginan hati, rasanya ingin anak-anak tinggal bersama kita selama-lamanya. Jangan pergi-pergi... apalagi sampai pindah ke kota atau negara lain.
Tapi... bukankah setiap orang harus melangkah untuk meraih impian dan cita-citanya? Untuk mengejar kebahagiaannya...
Rasanya sungguh egois jika saya meminta anak untuk tidak pergi meninggalkan saya, hanya demi perasaan saya... dan kemudian mereka harus melepas impian dan cita-citanya.
Tapi, bagaimana dengan hati saya? Perasaan saya? Terlalu munafik rasanya kalau kemudian mengatakan: ‘Asal anak bahagia, itu sudah cukup’
Bagi saya, ya semua harus bahagia. Anak bahagia, saya juga bahagia, hehehe.....
Jadi, yang pertama adalah, saya akan tetap mensupport anak untuk meraih cita-citanya. Mengejar impian-impiannya.
Kedua, saya juga akan mulai mengejar impian-impian saya sendiri. Meraih kebahagiaan saya sendiri.

Berkaca dari ibu saya, sepeninggal saya dan adik, Ibu tidak terlihat terlalu kesepian. Berbagai kegiatan dan komunitas diikutinya. Beberapa kali memperlihatkan foto jalan-jalan bersama teman, kelompok pengajian, kelompok pensiunan, juga mengikuti lomba senam di beberapa kota bersama kelompok senamnya.
Ibu melepas anak-anaknya, dan mencari sendiri bahagianya.
Saya ingin seperti itu. Punya banyak kegiatan di masa tua untuk mengusir sepi. Mungkin saya akan mulai ikut di beberapa komunitas, banyak menulis, mewujudkan impian memiliki sebuah buku sendiri, atau apapun. Apapun yang membuat saya merasa nyaman dan bahagia meskipun anak-anak tidak lagi bersama saya.
Dengan begitu, anak-anak juga akan merasa tenang meninggalkan saya. Tidak berat untuk melangkah, meraih impiannya, cita-cita, dan kebahagiaannya.

Jadi, kepakkan saja sayapmu, Nak. Kejar cita-citamu. Tak perlu terlalu memikirkan Mama. InsyaAllah Mama akan tetap bahagia. Dan kita akan sama-sama bahagia

Sekian dulu curhat tidak penting hari ini :D
Selamat menjalankan ibadah puasa, terima kasih sudah membaca ^_^

2 komentar:

  1. Awwww... hangat rasanya hati ini baca postingan ini, di saat saya merasa lagi exhausted banget.

    Saya juga suatu hari nanti bakal merasakan hal ini.

    Semoga saya bisa lebih legowo, saat anak-anak harus terbang mengejar impiannya :')

    BalasHapus
  2. aku memposisikan diri jd anaknya.. pertama kali jauh dr ortu pas 3 smu. adek2ku malah lbh muda, pas smp. tapi wkt itu jujur aku happy banget, bisa lepas. krn ortu dulu bisa dibilang militer banget hahahahahha... jd kami sebagai anaknya, kyk terima kebebasan pas jauh dr mereka. ntahlah apa yg dirasain mama papa yaaa.krn pas ngelepas , biasa2 juga wajahnya :D.

    tp ga kebayang kalo aku ngelepas anakku nanti. hrs ikhlas sih memang.toh ini demi cita2nya. malah kalo sdg main ato ngobrol, aku srg bilang, 'sekolah yg jauuuuh, nanti mami ada alasan utk ngunjungin kalian sering2' , hahahahah... masih lamaaa sih, skr nikmatin dulu kebersamaan ama mereka :)

    BalasHapus